Hai, kau yang di sana. Namaku Sarah, 24 tahun. Masih ingat? Kurasa tidak. Ya, bagaimana mungkin kau bisa ingat? Tiga belas tahun sudah berlalu sejak terakhir kali kita bertemu. Dan bagaimana mungkin kau bisa ingat sedangkan murid-muridmu berjumlah ratusan bahkan ribuan? Dan nama Sarah sungguh sangat pasaran.
Kau tahu? Di suatu malam ketika hanya
aku seorang yang masih membuka mata, entah bagaimana wajahmu tiba-tiba
terbayang. Aneh memang. Aku memang senang berkhayal sebelum tidur, mencari-cari
ide yang mungkin saja bisa kujadikan bahan menulis novel. Ah ya, sekedar
informasi untukmu, cita-citaku menjadi seorang novelis. Tidak penting memang,
tapi biarlah aku berbagi sedikit tentangku. Mungkin saja suatu hari kau membaca
tulisan ini dan ingin mengenalku. Haha..
Kembali ke topik utama. Ya, wajahmu yang
tiba-tiba terlintas. Sungguh aku tidak tahu mengapa. Oh, tidak. Tidak ada
kejadian spesial di antara kita. Hubungan di antara kita hanya guru dan murid.
Kau pernah menjadi wali kelasku dua kali. Meskipun begitu, aku yakin kau tidak
mengingatku. Aku bukan murid yang menonjol. Aku cenderung pendiam. Bahkan aku
hanya punya 3 orang teman saat itu.
Sejak malam itu, sejak wajahmu terlintas
dalam pikiranku, hampir setiap malam aku berpikir mengenai sebuah cerita. Kisah
seorang wanita yang jatuh cinta pada pria berusia jauh di atasnya atau yang
biasa disebut dengan istilah Sugar Daddy. Ya, tentu saja wajahmu yang selalu
kubayangkan saat itu. Jangan kira aku lupa bagaimana rupa wajahmu. Aku ingat,
sangat ingat dengan jelas. Kulitmu sedikit gelap, bertubuh tinggi dan tegap,
janggut tipis menghiasi dagumu, juga kacamata yang membingkai matamu. Kau
tampak seperti pria pemalu, namun di sisi lain bisa tampak gagah dan tegas
dengan suara baritonmu. Usiamu kutaksir sekitar 35 tahun saat itu.
Ah, semakin sering aku membayangkanmu,
semakin aku penasaran. Bagaimana dirimu yang sekarang? Tanpa sadar aku membuka
akun Facebook, mencari-cari namamu. Siapa tahu kau punya akun Facebook. Tapi...
Astaga, aku bahkan tidak tahu nama lengkapmu. Aku sedikit putus asa. Hanya nama
depanmu yang kucari dan hasil pencarian yang kudapatkan terlampau banyak. Ya,
seperti namaku, namamu juga pasaran. Hehehe..
Bermalam-malam kuhabiskan dengan mencari
akunmu namun tak juga kutemukan. Kupikir kau memang tidak memiliki akun
Facebook. Berapakah usiamu saat ini? Di usiamu yang sekarang mungkin saja kau
terlalu malas untuk mengikuti perkembangan zaman. Aku pun mulai putus asa.
Ting! Saat aku hendak memejamkan mata
dan menghentikan pencarianku, tiba-tiba saja sesuatu melintas di pikiranku. Aku
ingat sekarang! Aku pernah dimasukkan dalam sebuah grup alumni sekolah dasarku.
Dan seingatku pernah ada salah satu temanku yang mengunggah foto kelas saat kami
masih menginjak kelas 6. Dengan cepat aku membuka grup tersebut. Ku-scroll
layar smartphone-ku untuk mencari foto tersebut. Beberapa menit berlalu, aku
tak juga menemukannya. Ah, mengapa mereka harus menulis hal-hal yang tidak
penting di grup ini? Aku jadi kesulitan mencarinya.
Jantungku langsung berdegup kencang
begitu mendapati foto itu di sana. Ya, ini foto yang aku maksud. Segera kubuka
foto tersebut dan memperbesarnya sehingga aku bisa membaca nama-nama yang
tertera di bagian bawah foto.
Wali kelas: Albertus Widjaya.
Benar.
Itu kau.
Segera
aku menekan tombol search dan mencari nama tersebut.
Ketemu! Kau tidak akan bisa membayangkan bagaimana bahagianya hatiku.
Dan
dimulailah kegiatan stalking-ku sejak
saat itu...
Hai,
kau yang di sana. Percayakah dirimu jika kukatakan bahwa...
Mungkin...
mungkin saja... aku...
Menyukaimu?
Kau
tidak percaya? Ya, aku sendiri pun tidak percaya. Kau boleh tertawa karena aku juga
sedang melakukan hal yang sama. Bagaimana mungkin? Bagaimana bisa?
Aku
tidak tahu. Sebenarnya aku juga belum pasti dengan perasaan ini. Hei, kita
bahkan tidak pernah bertemu selama 13 tahun. Dan kita tak pernah punya kenangan
sekecil apapun. Kau dan aku bagai dua orang asing. Seperti yang kukatakan
sebelumnya. Bahkan ingat denganku saja tidak, kan?
Begini.
Logikanya, usiamu saat ini sudah hampir menginjak 50 tahun. Kau lebih pantas
menjadi ayahku. Bahkan aku tak ingat wajahmu sekuyu itu saat aku pertama kali
menemukan akunmu di Facebook. Lalu, adakah alasan aku menyukaimu?
Sama
sekali tidak ada.
Aku
tahu ini bodoh sekali. Dirimu bahkan sudah berkeluarga, mungkin sudah lama sebelum
kita berjumpa. Lihatlah anak-anakmu sekarang sudah hampir sama usianya
denganku. Lalu pantaskah aku memiliki perasaan ini?
Oh,
tidak, tentu saja tidak. Aku sama sekali tidak punya pikiran untuk
mengganggumu. Dan tulisan ini benar-benar hanya isi hatiku. Tidak ada niat
sedikitpun. Aku sungguh tidak berhak, bukan begitu?
Baiklah,
aku tidak akan berlama-lama lagi. Aku hanya ingin mengungkapkan apa yang ada
dalam hatiku saat ini. Mungkin suatu hari nanti aku akan membuat sebuah cerita
tentang kita sebagai ungkapan atas perasaanku ini.
From:
A Strangers who Unreasonably Love You
NB: Aku memang sedang berencana untuk membuat cerita di atas ke dalam sebuah novel. Semoga bisa kesampaian, karena aku ingin sekali membuat tema cerita seperti itu. Doakan ya! ^^