Wednesday, March 14, 2012

Communication is Number One

Gue nulis ini bukan karena gw kuliah di jurusan Desain Komunikasi Visual. Gue menulis ini karena gw baru ngerasain pentingnya komunikasi yang baik. Di sini yang akan gue bahas bukan masalah yang berat kok, bukan yang biasa dipelajari di kampus gue. Ini cuma masalah konkret yang pastinya banyak di antara kita yang mengalaminya.
Sejak gue kuliah, gue punya dua orang teman dekat, tentunya kita udah mulai deket pas kelas 3 SMA. Sebagai teman dekat, tentunya kita sudah cukup mengerti tabiat masing-masing dan bisa saling menjaga perasaan, walaupun kadang kebablasan juga emosinya kalo emang lagi marahan. :)
Sejak semester tiga, kami bertiga berteman dengan seorang cowo sekelas kami, sebut saja C. Selama 3 semester, hubungan kami bertiga dengan C semakin dekat. Dua teman dekat gw udah sering nebeng mobil C waktu pulang kuliah, kami berempat juga selalu makan siang bareng, bahkan setiap salah satu dari kami ada yang ulang tahun, kami berempat merayakannya bersama.
Tapi C ini mungkin masih merasa asing jika berada di antara kami bertiga. Dia masih suka memendam unek-uneknya pada kami, sehingga seringkali terjadi kesalahpahaman. Bahkan dia pernah menganggap dirinya masih orang luar dan tidak berhak menegur salah satu diantara kami bertiga. Contohnya saat itu gw dan B (teman gw yang cewe) singgah sebentar di tempat jual DVD di kampus gw. Sedangkan A (teman cowo) dan C terpaksa menunggu. Mungkin karena C sedang buru-buru, maka ia berkata pada A, “Suruh mereka cepetan donk.” Lalu A menjawab, ”Ya suruh aja.” C menanggapinya dengan berkata, “Lo kan lebih deket sama mereka. Jadi lo donk yang bilang.”
Dari kalimat tersebut, sudah cukup membuktikan bahwa C masih merasa asing dengan kami bertiga. Padahal bila dilihat dari pertemanan kita berempat, kami bertiga sudah menganggap C adalah bagian dari kami dan tidak seharusnya C merasa asing seperti itu. C juga sering memendam kekesalan pada kami bertiga. Ia tidak akan mau mengaku sebelum kami bertanya langsung dan menyuruhnya jujur.
Puncak kesalahpahaman seperti ini baru saja terjadi kemarin. Pagi-pagi sekali, A menyuruh gw untuk SMS C karena A mau pinjam modem C, kebetulan A sedang tidak membawa HPnya dan membawa HP bokapnya, otomatis dia tidak punya nomor C (mungkin). Gw pun sms C dan C menjawab bahwa provider modemnya sudah lama mati. Gue pun meneruskan pesan itu ke C. Ternyata A salah tangkap, dia pikir maksud sms gue adalah no HP C mati dan tidak bisa dihubungi. Dia pun minta no HP salah satu teman kami yang selalu nebeng mobil C ke kampus. Gw memberi nomornya dan A sms teman kami itu. Lalu saat di kampus, saat selesai kuliah pertama, C menghampiri A dan bilang bahwa A tidak perlu menggunakan perantara untuk SMS dia, sms langsung aja. C memang biasanya berbicara dengan nada yang keras, seperti orang marah-marah. atau memang kemarin moodnya sedang buruk. A pun berkata bahwa C ga perlu marah-marah sebelum tau kejadian sebenarnya dan A bilang bahwa lebih baik dia diam. Sejak saat itu, A dan C tidak saling bertegur sapa dan saling diam.
Tadi baru saja gw mendapat kenyataan yang lebih buruk dari B. Kemarin B memang tidak mengikuti kuliah jam pertama dan ia ingin sms gw. Tapi karena gw gak pake BB, mungkin B ingin menghemat pulsa dan akhirnya BBMin C, menyuruhnya memberi BB C ke gw untuk ngobrol. C membalas BBM itu dengan berkata, “gue duduk di pojokan, jauh dari mereka. Mereka mah cuma sediain bangku buat lo, ga buat gw.” Seketika itu juga gw syok. Ya elah, kemarin itu sebenarnya gw udah duduk di baris kedua dan masih tersisa banyak kursi. Tapi karena banyak teman sekelas kami yang duduk di belakang, maka A mengajak gw duduk di belakang, dan ternyata barisan belakang sudah agak penuh. Bahkan gw aja gak tau kapan C datang, begitu gw menoleh ke pojokan, baru gw melihat ada C.
Sungguh, gw ga bermaksud mengasingkan dia, gw cuma gak tau kalo dia udah datang. Lagipula, kalau memang C ingin duduk bersama kita, seharusnya dia bisa menghampiri kita dan minta duduk bersama, dengan senang hati pasti kami akan mengiyakan. Masalahnya sekarang, C masih merasa asing dengan kita, enggan mengeluarkan isi hatinya. Kalau sudah begini ya susah.
Yah, sejak kejadian kemarin, hari ini C seperti menghindari kita. Selesai kuliah tadi, dia langsung bergabung dengan teman kami yang lain. Biasanya ia pasti akan bertanya mau makan di mana, tapi hari ini berbeda. Kata B, kemarin di mobil juga dia tidak ada bercanda-bercandanya. Saat A dan B turun pun dia tidak mengucapkan bye atau hati2. Parahnya lagi, A malah diam saja, padahal menurut gw, puncak kekesalan C pada kami adalah saat A dan C marah2 usai jam kuliah. Karena setelah jam kuliah itu, C masih mengajak gw bicara, masih normal.
Rencananya sih besok kalo memang sikapnya masih aneh, gw bakal mengajaknya bicara, karena besok gw ada kerja kelompok berdua sama dia. Kan ga enak kalo kerja tapi masih ada unek2. Sekarang yang jadi masalah adalah ego A dan C yang sama2 keras kepala. Gw cuma pengen mereka bicara berdua dan menyelesaikan masalahnya. Gak enak banget kan musuhan dengan teman dekat?

Dari pengalaman gw ini, gw cuma mau menekankan satu hal.
Bicaralah, komunikasi itu penting untuk menjaga hubungan sosial. Gak harus sama teman dekat untuk menjalin komunikasi yang baik, sama teman biasa atau orang baru pun, perlu sekali untuk berkomunikasi.
Kalau semuanya dipendam dalam hati, maka kesalahpahaman itu akan semakin besar dan merenggangkan hubungan pertemanan. Gak nyaman banget deh rasanya! Gak ada salahnya meluangkan waktu kita untuk sejenak mengungkapkan isi hati masing2, dan perlu dilakukan secara rutin. Cara ini ampuh lho untuk mengawetkan sebuah hubungan. Buktinya adalah pertemanan kami bertiga ini. Kalau memang ada unek2, keluarkan, selesaikan, jangan diperpanjang. Sampe nangis2 pun silahkan, kita akan merasa lega dan masing2 bisa saling introspeksi diri.

So, keep the communication! Semoga bermanfaat :)

No comments:

Post a Comment