Wednesday, December 19, 2012

The Story Of My Dream 1: Wo Zai Deng Zhi Ni (I'm Waiting for You)

Aku mengenakan sebuah gaun berwarna coklat selutut dengan sebuah syal melingkari leherku. Dengan cepat aku mengambil tas dan payung transparanku keluar kamar asramaku. Di luar hujan sangat deras. Aku membuka payung dan berlari keluar untuk mencari taksi. Hari ini aku akan menemui seseorang di sebuah bandara, seseorang yang belum pernah kutemui sebelumnya. Aku mengenalnya melalui situs jejaring sosial. Dia pria yang menyenagkan, umurnya 26 tahun, 5 tahun di atasku. Sayangnya ia tidak pernah memasang foto dirinya di sana dan menurut khayalanku, ia adalah seorang pria yang tampan, tinggi, dan putih, mengingat bahwa ia mengaku dirinya adalah keturunan chinese, sama denganku.

Setelah kurang lebih satu tahun aku mengenalnya, aku merasa aku mulai menyukainya, bahkan bisa dibilang aku jatuh cinta padanya. Konyol, memang, tapi aku tau hatiku tidak pernah berbohong. Kami tinggal di kota yang sama, tapi aku tidak pernah sekalipun menerima ajakannya untuk bertemu. Aku takut kecewa, takut bila semuanya tidak sesuai dengan harapanku, takut dia juga tidak menyukaiku dan hubungan kami akan kandas begitu saja. Dia memaklumi alasanku untuk tidak menemuinya. Aku senang ia mau memahamiku.

Namun kemarin saat kami sedang mengobrol di chatting, kabar buruk itu datang secara mendadak. Pria itu bilang bahwa ia akan keluar negeri untuk waktu yang lumayan lama dan kemungkinan kami untuk sering ngobrol pun akan berkurang. Aku sedih sekali mendengarnya, aku ingin sekali bertemu dengannya untuk yang pertama dan terakhir kalinya. Oleh karena itulah aku memutuskan untuk menyusulnya ke bandara hari ini. Aku juga sudah memberitahunya hal ini dan ia sangat antusias dengan keputusanku ini.

Sialnya hari ini aku bangun kesiangan. Pesawat akan berangkat pukul 11 dan aku baru bangun pukul 10. Dengan cepat aku mandi, mungkin mandi tercepat yang pernah kulakukan dan langsung berangkat ke bandara. Dan di sinilah aku berada, di dalam taksi yang tengah melewati jalanan yang ramai menuju bandara. Hatiku sangat gelisah. Aku terus saja memandangi jam tangan, sebentar lagi pukul 11 dan aku masih setengah perjalanan.

Singkat cerita, aku sampai di bandara pukul 11.15, pupus sudah harapanku untuk bertemu dengannya. Tapi aku masih berharap bisa bertemu dengannya, aku berharap pesawatnya akan mengalami delay. Aku langsung berlari menuju sebuah cafe di mana aku dan dia berjanji untuk bertemu kemarin. Aku mengedarkan pandanganku ke sekeliling cafe, berusaha mencari sosok pria yang kucari, walaupun aku belum pernah bertemu dengannya, tapi aku berharap instingku bisa diandalkan kali ini. Begitu banyak pengunjung di cafe itu dan aku tidak tau pria itu di mana.

"Ada yang bisa saya bantu?" seorang wanita pelayan cafe menghampiriku.
"Ah, aku sedang mencari seseorang."
"Apakah anda yang bernama Xiao Ling?"
"Ah iya! Dari mana anda tau?"
"Tadi ada seorang pria yang menitipkan pesan bahwa ia sudah harus pergi ke ruang tunggu pesawat dan ia menitipkan surat ini."
Aku kecewa dan kakiku langsung lemas. Sudah terlambat, aku tidak bisa lagi menemuinya.
"Tapi tadi saya dengar pesawat yang ditumpangi pria itu mengalami delay setengah jam. Anda pasti mengharapkan seperti itu bukan? Pria itu juga berharap begitu, tadi ia mengatakannya padaku."
"Benarkah?"
"Pergilah."
"Apa?"
"Kejar dia. Mungkin dia masih ada di ruang tunggu pesawat."
Aku mematung sejenak kemudian tersenyum gembira.
"Baiklah, terima kasih!"

Aku pun berlari sambil menangis. Aku sungguh berharap aku masih sempat. Sambil menggenggam surat darinya, aku tidak berhenti berlari. Sesampainya di ruang tunggu aku mengedarkan padanganku. Aku terus berdoa dalam hati, kembali mengandalkan instingku untuk mengenalinya. Aku menutup mata, meminta bantuan Tuhan untuk menemukannya. Tapi saat kubuka mataku dan kembali memandangi seluruh ruangan, aku belum juga menemukannya. Ya, Tuhan, yang mana dirinya? Mengapa susah sekali mengenalinya? Kenapa dia tidak pernah memasang fotonya di situs sosial itu? Dasar bodoh!

Tiba-tiba saja mataku tertuju pada satu titik. Ada seorang pria tidak jauh dariku yang sedang memainkan ponselnya dengan serius. Sesekali ia mendekatkan ponsel itu di telinganya. Pria itu tampak gelisah. Wajahnya putih dan tampan, sesuai dengan khayalanku tentang pria yang kukenal itu. Lalu aku tersadar. Ponsel! Mengapa aku begitu bodoh? Sekarang aku hidup di jaman apa?! Aku kan bisa menghubungi ponselnya. Bodoh sekali aku.

Aku mengeluarkan ponsel dari tasku. Ada 20 misscall di sana. Sejak kemarin aku memang men-silent ponselku, kebiasaanku saat hendak tidur supaya aku tidak terganggu dengan bunyi SMS di pagi-pagi buta dan aku lupa mengaktifkan nada deringnya lagi karena bangun kesiangan. Betapa terkejutnya saat kubuka siapa yang misscall itu. Semuanya dari pria itu. Aku hendak meneleponnya balik saat tiba-tiba ponselku berdering lagi dan jantungku berhenti berdetak begitu melihat namanya. Pria itu! Berarti ia belum naik ke pesawat. Harapanku kembali timbul. Aku berdebar-debar saat mengangkatnya.

"Ha.. Halo.." kataku grogi.
"Hei, akhirnya kau angkat juga. Kau di mana? Tidak jadi datang? Kau tidak apa-apa kan? Aku menunggumu dari tadi. Aku khawatir sekali. Kenapa kau tidak mengangkat teleponku?" nadanya terdengar kecewa dan cemas. Aku senang ia mengkhawatirkanku.
"A.. Aku bangun kesiangan. Maaf.."
"Syukurlah, aku kira kau kenapa-kenapa. Jadi kau sekarang masih di asrama?"
Aku terdiam. Haruskah aku mengakuinya? Sejujurnya aku masih takut untuk menemuinya, tapi kapan lagi? Ini kesempatan terakhirku.
"Aku.. Aku sudah di bandara."
"Apa?! Kau dimana?" suara pria itu terdengar sedikit keras sehingga aku menjauhkan sedikit ponselku. Seketika itu juga aku melihat pria tampan tadi berdiri dari kursinya dan melihat-lihat ke sekelilingnya. Jantungku semakin berdetak cepat. Apakah pria itu yang aku cari?
"Da Dong ge (kakak laki-laki dalam bahasa mandarin), kau di mana sekarang? Kau pakai baju apa?" aku memberanikan diri untuk bertanya.
"Aku sudah di ruang tunggu bandara. Aku memakai kemeja berwana biru dan celana putih. Hey, kenapa kau menanyakan hal itu? Kau di mana sekarang?"
"Aku.. Aku sedang melihatmu, ge.. Aku juga ada di ruang tunggu sekarang."
Ya benar! Pria tampan itulah yang sedang kucari, dan begitu mendengar jawabanku pria itu terdiam sejenak. Matanya mengelilingi ruang tunggu dan kemudian berhenti saat pandangannya terarah kepadaku. Jantungku berdebar cepat. Da Dong mengenaliku? Benarkah?

"Kau mengenakan gaun coklat dengan syal hitam di lehermu?"
Aku melihat pria itu menggerakkan bibirnya sambil terus menatap ke arahku. Ponselnya masih di telinganya. Aku mengangguk pelan.
"Iya.."
Pria itu kemudian menutup ponsel dan memasukkannya ke dalam saku celana. Ia berjalan menghampiriku. Jantungku semakin cepat berdetak, rasanya ingin pingsan saja. Pria tampan itu benar-benar Wang Dong Cheng, yang biasa aku panggil Da Dong. Dialah pria yang selama setahun ini membuat hari-hariku semakin berwarna. Dialah pria yang kucintai, meski aku tidak pernah bertemu dengannya.

Semakin dekat ia berjalan, langkahnya semakin cepat. Perlahan aku menutup ponsel dan memasukkannya ke dalam saku gaunku, tepat saat Da Dong sudah berdiri di hadapanku.
"Kau.. Xiao Ling?"
Aku mengangguk. Air mataku sudah tak terbendung. Aku bahagia, akhirnya aku bisa bertemu dengannya.
"Hey, kenapa kau menangis?" Da Dong menghapus air mataku dengan jarinya yang hangat. Hatiku senang dan hangat karena sentuhannya.
"Kau.. tidak kecewa bertemu denganku?" aku bertanya dengan hati-hati.
"Kenapa aku harus kecewa? Kau.. cantik.. Rambutmu.. Kupikir rambutmu panjang seperti di foto profilmu. Makanya aku tidak mengenalimu tadi."
"Y.. Ya.. Aku memotong rambutku 3 bulan yang lalu. Itu foto lamaku. Ke.. kenapa? Terlihat aneh?"
"Tidak. tentu saja tidak. Kau.. cantik.. sungguh.."
Aku tersenyum.
"Kau sendiri? Tidak kecewa bertemu denganku? Kau selalu bilang bahwa kau takut kalau kita bertemu. Kau takut kecewa saat tau wajahku tidak seperti bayanganmu kan?"
"Bagaimana kau tahu?"
"Hey, kita sudah satu tahun berteman. Walaupun aku tidak pernah bertemu denganmu, bukan berarti aku tidak mengenalmu. Aku tau semua isi hatimu."
Wajahku memerah. Semua isi hatiku? Apakah dia juga tau bahwa aku menyukainya?
"Jadi? Kau kecewa?" tanyanya lagi.
"Tidak. Sama sekali tidak. Aku senang, sungguh."
"Karena wajahku tampan? Karena itukah kau senang? Tapi jika wajahku jelek, kau akan kecewa?"
Bukan! Bukan itu maksudku.. Bagaimana mungkin ia berpikir seperti itu?!
"Hahaha.." tiba-tiba ia tertawa. "Aku hanya bercanda. Aku tau kau tidak akan kecewa bagaimanapun penampilanku. Kau sudah datang ke sini saja, itu sudah menandakan bahwa kau serius berteman denganku, tidak peduli bagaimana wajahku nantinya kan?"
Aku mengangguk cepat. Aku memang menyukainya, tidak peduli bagaimana penampilannya. Mungkin aku memang akan sedikit kecewa apabila tidak sesuai dengan khayalanku selama ini, tapi aku sudah terlanjur menyukainya, mencintainya!

"Kau suka padaku?" pertanyaan yang terlontar dari mulutnya membuatku terbelalak.
"A.. apa?"
"Hahaha.. Kau ini lucu sekali!"
Ugh, ternyata ia hanya mempermainkanku! Aku merengut.
"Ehm.. Maaf.. Tapi.. Pertanyaanku serius. Kau menyukaiku?"
Aku jadi salah tingkah. Wajahku memanas. Haruskah aku mengatakan ya? Tapi jika ia tidak punya perasaan yang sama, bagaimana?
"Sayang sekali bila kau tidak menyukaiku. Berarti aku baru saja patah hati."
"Apa?" Maksudnya? Dia..?
"Aku menyukaimu. Ehm.. Aku mencintaimu." Da Dong memandang mataku dengan tatapan yang sangat dalam. Wajahku kembali memanas, pasti sekarang wajahku sudah memerah sekarang.
"Kau menyukaiku?" aku bertanya ragu.
"Ya.." Da Dong menggaruk kepalanya dengan salah tingkah. "Mungkin ini terdengar bodoh, padahal aku tidak pernah bertemu denganmu, tapi setiap kali aku ngobrol denganmu di telepon, atau bahkan melihat namamu sedang online, hatiku berdebar, aku senang sekali, ingin selalu berbagi cerita denganmu dan mendengar semua kegiatanmu. Semua ceritamu itu membuatku merasa, kau adalah wanita yang ceria. Walau mood-mu gampang berubah, tapi aku menyukainya. Aku.. menyukaimu."
"Kau.. Kau tidak bodoh.." aku akhirnya berani bersuara. "Karena aku.. merasakan apa yang kau rasakan." kataku perlahan.
"Benarkah?" Da Dong tersenyum lebar, matanya berbinar-binar, membuatku ingin sekali memeluknya.
Aku mengangguk pasti.

Da Dong memelukku dengan cepat. Membuatku sedikit terkejut karena baru saja aku berpikir ingin memeluknya. Kami berpelukan lama sekali, tidak peduli semua mata tertuju pada kami.
"Pesawat _______ akan segera berangkat. Diharapkan semua penumpang memasuki pesawat." informasi itu membuat hatiku mencelos. Inikah saatnya aku akan berpisah dengan Da Dong? Secepat ini?
"Xiao Ling." Da Dong berbisik di telingaku, kami masih saja berpelukan.
"Ya?" aku berusaha tegar, air mataku sudah mengumpul di pelupuk mata tapi aku menahannya.
"Maukah kau menungguku? Tiga tahun. Apakah terlalu lama?"
"Tentu saja tidak. Aku akan menunggu." Jangan pergi! Aku ingin sekali meneriakkannya.
"Aku akan berusaha menghubungimu kapanpun aku sempat."
"Take your time, ge. Jangan mengkhawatirkanku. Jaga dirimu ya."
"Kau juga. Aku akan segera kembali. Aku janji."
Da Dong melepas pelukannya dan mengambil sesuatu dari sakunya. Sebuah kotak beludru berwarna merah. Ia membukanya dan tampaklah sebuah cincin yang sangat indah.
"Maukah kau memakainya? Mungkin ini bukan cincin mahal yang pantas kuberikan padamu. Tapi aku janji, tiga tahun lagi aku akan kembali dan menukarnya dengan cincin yang lebih indah dari ini, dengan namaku terukir di dalamnya.."
Aku mengangguk. Air mataku pun mengalir.
"Jangan menangis. Oke?" Da Dong menghapus lagi air mataku dan memakaikan cincin itu di jari manis kananku. Kemudian mencium keningku.
"Sampai jumpa." katanya lalu mengambil kopernya. Menatapku sejenak, tersenyum dan melambaikan tangan sambil melangkah menuju pesawat. Aku pun membalas lambaian tangannya dengan senyuman.

Aku akan menunggumu, Da Dong ge. Aku janji. Sampai jumpa! Wo ai ni 

Diadaptasi dari Sebuah Mimpi Pribadi
oleh: Phelina Felim
pemeran wanita: Xiao Ling (nama asli)
pemeran pria: Wang Dong Cheng (diambil dari nama penyanyi dan aktor Taiwan)

Wednesday, November 14, 2012

Ga Punya Pacar karena Terbiasa Dengan Keadaan?

Well, saat ini saya masih duduk di bangku kuliah semester 7. Tahun depan saya akan lulus kuliah (amin!).  Selama kuliah ga banyak teman yang saya punya. Memang hal ini disebabkan oleh sifat pendiam saya yang tidak terlalu bisa bergaul dengan banyak orang dan lebih nyaman berada pada lingkungan yang tidak terlalu ramai. Teman terdekat saya ada tiga orang, dua di antaranya adalah teman SMA-ku (yang satu teman SMP malah!). Saya merasa beruntung bisa terus bersama mereka berdua, mungkin memang sudah takdirnya saat kami daftar di kuliah yang sama bersama-sama, mendapatkan nomor induk mahasiswa yang berurutan dan ditempatkan di kelas yang sama hingga saat ini. Nah, kami mulai mengenal teman dekat yang satu lagi sekitar semester tiga. Saat itu kami tergabung dalam sebuah kelompok di kelas Kewirausahaan. Esoknya kami mulai ngobrol dan kumpul bersama, hingga nebeng mobilnya untuk pulang. Sejak saat itu lah kami mulai dekat hingga sekarang.
Hingga suatu hari, entah bagaimana pembicaraan ini bermula, kami membahas soal pacar. Kami semua memang masih single, sehingga topik semacam ini jarang kami bicarakan. Saya bercerita mengenai teman sekantor saya yang menargetkan untuk menikah di usia 25 tahun. Saya langsung mengeluarkan pendapat saya mengenai hal itu. Saya tidak pernah menargetkan di usia berapa saya akan menikah, toh pacar saja saya belum punya. Terlepas dari penampilan fisik, menurut saya di usia 25 tahun adalah usia yang sangat matang dan pas untuk berkarir dan menjadi orang sukses. Jadi saya berpikir, saya akan mensukseskan diri saya sendiri dulu baru saya akan menikah. Mungkin kalian pikir, ini harusnya dikatakan oleh seorang pria, toh nantinya wanita bila sudah menikah akan tetap mengurus rumah tangga, jadi buat apa meniti karir tinggi-tinggi?
Well, bagi saya, menjadi orang sukses itu penting, walaupun saya adalah wanita. Saudara saya perempuan semua, yang biasanya anak perempuan itu nantinya akan bergantung pada suaminya. Lantas bagaimana nasib orang tua saya? Apakah hanya karena mereka tidak memiliki anak laki-laki, lantas mereka tidak bisa menikmati masa tua nya dengan bahagia? Tidak! Sejak dulu saya ingin sekali membuat orang tua saya bahagia. Melihat bagaimana perjuangan mereka menghidupi kami berempat, dari saat saya masih hidup berkecukupan hingga saat ini di mana ada kalanya kami merasa kekurangan dan tidak sanggup untuk membiayai keperluan kami, terutama untuk biaya sekolah atau kuliah. Sulit sekali mereka mengumpulkan uang yang untungnya selalu bisa terbayar dan kami bisa sekolah dengan lancar. Saya sudah bertekad dan berjanji bahwa saya nantinya akan bekerja dan menjadi orang sukses, supaya saya bisa membaginya dengan orang tua saya, membantu mereka meringankan biaya sekolah adik-adik saya. Jadi pantaslah saya memiliki pemikiran seperti ini. Mereka menargetkan usia pernikahan karena memang mereka sudah menemukan pasangan dan mereka memiliki saudara laki-laki yang bisa mereka andalkan untuk meringankan beban orang tua. Saya tidak menganggap menjadi orang sukses adalah beban, melainkan sebagai tanggung jawab dan keinginan saya sendiri untuk bisa membantu orang tua.
Lalu, pembicaraan berlanjut dengan sebuah pertanyaan, mengapa sampai sekarang kami belum juga punya pacar? Yah secara fisik kami memang tidak terlalu buruk (kecuali aku tentunya, LOL). Lalu sebuah kalimat dari teman dekat saya begitu terpatri dalam benak saya. “Mungkin karena kita sudah terbiasa bersama, makanya kita gak membuka hati kita untuk orang lain. Apalagi bila orang-orang melihat kita yang begitu dekat, mereka pikir kita pacaran (kami memang terdiri dari 2 cewe dan 2 cowo), jadi mereka ga berani mendekati kita.”
Apa benar seperti itu? Yah, mungkin ada benarnya juga. Selama ini kami ke mana-mana selalu bersama, menikmati persahabatan kami yang kadang diselingi dengan pertengkaran, namun lebih banyak tawa canda yang kami alami, semua itu membuat kami semakin dekat satu sama lain. Mungkin karena kenyamanan inilah yang membuat kami “buta” bahwa kami sebenarnya membutuhkan sesuatu yang lain selain persahabatan, yaitu cinta. Kemudian kalimat berikutnya lebih membuatku berpikir hingga saat ini, yaitu “Gue takut kalau nantinya gue punya pacar, gak akan sedekat gue ke kalian, ga akan merasa nyaman kayak gini.” Ini dicetuskan oleh temen cowo saya. Ya, saya pernah berpikir seperti itu. Saya merasa bila kita nantinya bertemu dengan pasangan kita, akan membutuhkan proses yang agak lama untuk bisa menjadi akrab seperti persahabatan kami. Saya harus memulainya dari awal, perkenalan, PDKT, dan lain-lain. Hal itu sangat melelahkan. Jauh lebih baik bila pasangan kita adalah orang yang sudah akrab dengan kita. Mungkin pemikiran seperti ini yang ada di pikiran mereka yang akhirnya jadian dengan sahabat mereka sendiri. Tapi kemudian ada sesuatu dalam hati saya yang membantah. Kalau kita jadian dengan sahabat kita sendiri, lalu di mana sisi “surprise”nya? Kita sudah terlalu mengenal dirinya, sehingga segala sesuatunya akan terlihat sama dan biasa saja. Jadi tidak ada bedanya dengan saat-saat mereka masih menjadi sahabat. Mungkin juga pemikiran inilah yang membuat sebagian mereka yang jadian dengan sahabat akhirnya kandas dan memilih untuk kembali menjadi sahabat.
Yah, semua hal itu memang butuh proses. Sebenarnya sih tidak perlu takut bila nanti kita menemukan pasangan, kita tidak bisa menjadi sedekat persahabatan kami. Tapi saya yakin, bila memang kita bisa membawa diri, bisa beradaptasi, dan kalau memang itulah takdir kita, kenapa tidak? Bahkan hubungan kita dengan pasangan bisa jauh lebih dekat dari persahabatan.
Itulah obrolan kami mengenai pacar. Mungkin ada benarnya bahwa kami telah merasa nyaman dengan persahabatan kami, tapi hey! Kita kan masih kuliah. Masih panjang perjalanan, masih ada dunia kerja yang menanti kita. Toh nanti saat lulus kuliah kami akan berpisah juga, tidak mungkin lagi bisa bekerja di tempat yang sama (kecuali kalau memang Tuhan yang menghendakinya, haha..). Kita akan bertemu dengan orang-orang baru, pertemanan yang baru, dan mungkin saja di tempat itulah kita menemukan pasangan kita. Siapa yang tahu? Yah, jalani saja apa yang ada saat ini, jodoh di tangan Tuhan, kalau memang saatnya tepat, kita pasti akan menemukannya. Sekarang, nikmati saja persahabatan ini di sisa-sisa waktu menjelang tugas akhir, skripsi, dan kelulusan!! Yeay~

With Love,

Phelina Felim
15.11.2012 / 9.20

Wednesday, September 26, 2012

Pelayanan Citilink Indonesia Mengecewakan

Saya menulis ini hanya untuk mengeluarkan unek-unek dan kekecewaan keluarga saya terhadap pelayanan Citilink yang sangat buruk menurut kami.
Pada hari Selasa, 25 September 2012, saya dan keluarga saya baru saja pulang dari kota Medan ke Jakarta sehabis menghadiri resepsi pernikahan sepupu saya. Begitu sampai di Jakarta, hari sudah larut malam, waktu sudah menunjukkan sekitar pukul 11.00. Kami adalah penumpang terakhir yang keluar dari pesawat, ditambah dengan insiden kakak saya yang mencari ponselnya yang kami pikir terjatuh di kursi penumpang (ternyata ponsel tersebut hanya terselip dalam tasnya, cape deh.. :D ), alhasil setelah kami keluar dari kabin pesawat menuju tempat pengambilan bagasi, sudah tidak ada penumpang yang terlihat, bandara menjadi sangat sepi dan lengang.
Kami pun akhirnya sampai di tempat pengambilan bagasi, di sana barang-barang kami ternyata sudah keluar dan terpisah-pisah. Kami pun mengambil tas-tas dan koper, serta kardus milik kami. Betapa terkejutnya kami karena semua koper dan tas kami basah kuyup. Kardus yang berisi oleh-oleh dan souvenir pun hancur,  dan ada satu kardus berisi sepatu yang sudah tak berbentuk lagi. Parahnya, sepatu adik saya hilang sebelah. Adik saya pun kesal, kami sekeluarga langsung komplain pada petugas bandara, mengapa barang-barang kami bisa jadi seperti ini. Mereka berulang kali memberi alasan bahwa di Medan tadi hujan lebat. Alasan tersebut sebenarnya sangat tidak masuk akal. Kalau sudah tau hujan lebat, seharusnya petugas bagasi mengantarkan barang-barang penumpang dengan terpal, sehingga kalaupun terkena hujan, hanya basah sedikit. Kakak saya mengatakan bahwa dulu saat mereka juga terbang dari Medan ke Jakarta menggunakan Lion Air, hujan lebat terjadi di Medan, tapi tas mereka aman semua, tidak basah sedikitpun.
Sayangnya, karena hari sudah larut, tidak ada lagi petugas Citilink yang berjaga, petugas bandara pun tidak berhasil menghubungi petugas Citilink di Medan. Akhirnya kami sekeluarga hanya membuat laporan yang akan dikirim pada Citilink, berharap kerugian yang kami alami bisa terselesaikan dengan baik.
Kami memang tidak terlalu mengharapkan apapun, kami hanya ingin komplain atas pelayanan Citilink yang sangat buruk dan membagikan pengalaman mengecewakan ini kepada semua yang membaca tulisan ini, di mana tanggung jawab Citilink atas kerugian penumpang seperti ini? Mengapa petugas Citilink segitu malasnya memasang terpal saat mengantar bagasi? Kami sangat kecewa, begitu pula penumpang lain saat itu karena sebelum kami mengambil koper kami, sebenarnya ada satu penumpang yang komplain karena kardusnya juga hancur, namun penumpang tersebut tidak begitu mempermasalahkannya seperti halnya keluarga saya. Saya rasa pelayanan seperti ini seharusnya ditindak lanjuti, diperbaiki, demi keamanan dan kenyamanan para penumpang.
Semoga tulisan ini bisa memberikan pelajaran bagi semua maskapai penerbangan, tidak hanya Citilink.

Sekian pengalaman terbang saya bersama Citilink. Terima kasih.

Sunday, September 2, 2012

I Like Her, No Matter What You Said!

Hi, bloggers! Udah lama nih ga nulis2 lagi di blog.  Kali ini aku cuma mau cerita dikit.
Hm.. Sekarang ini aku lagi ngefans sama seorang pubic figure. Tapi dia bukan seorang cowo. Yap! Aku lagi suka sama seorang aktris, yang tak lain dan tak bukan adalah Rainie Yang (Yang Cheng Lin).

Mungkin di antara kalian ada yang udah tau, ada juga yang belum kenal. Rainie adalah seorang aktris dan penyanyi yang berasal dari Taiwan. Aku ga perlu menjelaskan secara detail ya, kalian bisa cari sendiri di internet. Hehehe..
Aku mulai suka dengan sosok Rainie bukan sejak dia main sebagai pemeran sampingan di Meteor Garden (sebagai teman kerja San Cai), tapi sejak aku nonton drama yang berjudul Devil Beside You sebagai pemeran utama dengan Mike He sebagai lawan mainnya, aku mulai menyukainya sejak tahun 2012 awal. Jadi bisa dibilang aku masih orang baru yang menjadi penggemar Rainie. Awalnya aku menemukan judul drama itu dari internet, lalu aku coba mencarinya di Youtube, dan aku lihat sepertinya jalan ceritanya menarik. Saat itu aku belum begitu memperhatikan sosok Rainie. Lalu aku pun berniat membeli DVD nya yang ternyata masih banyak dijual. Nah, setelah aku nonton drama itu di rumah, aku mulai tertarik dengan sosok Rainie, terutama dengan aktingnya yang sangat profesional dan terkesan alami. Paras wajahnya pun polos natural, tidak berlebihan.
Sejak saat itu aku mulai mencari informasi mengenai Rainie, ternyata sudah banyak drama yang ia mainkan sebagai pemeran utama, dan yang aku lihat di semua dramanya, Rainie memang terlihat sangat natural, dan tentu saja menarik serta cantik. Aku jadi tertarik dan berniat untuk membeli drama Rainie yang lain. Sejak saat itu pula aku mulai mengumpulkan foto-foto Rainie di laptopku, mungkin sekarang sudah 1000 lebih foto yang kusimpan. Untungnya aku bisa menemukan Facebook, Twitter, dan Youtube officialnya Rainie, jadi aku bisa update terus berita terbaru tentangnya.
Sebagai orang baru, aku cukup terkejut setelah mengetahui bahwa ternyata aku sudah tertinggal jauh, yah bisa dibilang ketinggalan jaman. Rainie sudah memainkan banyak film&drama serta telah mengeluarkan 6 album (saat itu. Baru-baru ini ia sudah mengeluarkan album ketujuh yang bernama Wishing for Happiness). Aku langsung mengejar ketinggalanku dengan mendownload semua lagu-lagunya.
Untuk masalah drama dan film, aku sungguh menyesal karena baru sekarang menjadi penggemarnya, karena sudah jarang ditemukan drama yang ia perankan. Dari sekian banyak drama, aku baru punya Devil Beside You, Why Why Love (yang sayangnya tidak aku tonton karena DVD nya macet2 dan belum beli lagi :P), Hi My Sweetheart, Sunshine Angel, Miss No Good, Together, Drunken To Love You, dan Heartbeat Love. Film horror yang berjudul Child's Eye saja aku download dari YT karena tidak menemukan DVD nya. Sedangkan drama yang lain aku juga tidak bisa menemukannya karena sudah terlalu lama.

Hmm.. Kalau ada yang nanya, kenapa sih aku segitu sukanya sama Rainie? Simpel aja, karena Rainie itu satu-satunya aktris yang NATURAL. Natural di sini dalam semua bidang. Dimulai dari penampilannya, tidak pernah sekalipun aku melihat dia dandan berlebihan, setiap make up yang dipakainya selalu berkesan natural, jadi jika ia tidak memakai make up sekalipun, ia masih terlihat cantik.
Kemudian dari segi akting, aktingnya sangat bagus, profesional seperti yang sudah aku sebutkan di atas, dan membuat penonton terbawa suasana. Jadi bila ia sedang akting menangis, aku akan ikut merasakan kesedihannya, begitu pula saat ia tertawa, perlu kalian ketahui, aku paling suka melihat tawanya, karena aku akan ikut merasa bahagia dan ikut tersenyum. Bicara soal profesional, ia pun bisa memainkan peran sebagai seorang lesbian, terbukti dalam film White Lili, MV Shai Jiao De Yi Shuang Er Duo, dan micro-film Wishing for Happiness di mana ia harus berciuman dengan seorang wanita. Ia memerankannya dengan sangat bagus dan aku salut dengan profesionalitasnya. Hal ini membuktikan bahwa tidak ada satu peran pun yang tidak bisa ia mainkan. Ia bahkan pernah memainkan peran sebagai gadis tomboy seperti preman dalam drama hi My Sweetheat (drama favoritku).
Rainie juga orang yang ramah, aku tau itu. Dari paras wajahnya, berita-berita tentang dirinya di mana dia tak sungkan-sungkan untuk dekat dengan para fans nya. Terbukti dari sebuah jejaring sosial official yang memungkinkan Rainie untuk berkomunikasi dengan fansnya secara langsung! Jadi di waktu itu, Rainie akan membalas sebanyak mungkin pertanyaan-pertanyaan dari para fans. Dia juga sering meng-update QQ nya, untuk menginformasikan suasana hati ataupun kegiatan yang sedang ia lakukan.
Dan alasan yang terakhir dan tidak kalah penting adalah SUARANYA. Seperti yang sudah aku jelaskan di atas, bahwa Rainie juga seorang penyanyi, suaranya benar-benar merdu. Aku tidak bohong, aku pernah menonton sebuah video di mana Rainie bernyanyi tanpa musik, dan suaranya asli TOP BANGET! Suaranya lembut dan khas sekali, membuat aku tidak bosan-bosan mendengar lagunya.

Jadi, alasanku untuk menyukai sosok Rainie begitu kuat, bukan? Aku tidak peduli bila ada yang berkomentar, "Kok lo bisa suka sama Rainie? Dia kan cewe!" atau "Astaga, sadar donk, dia itu cewe. Kok segitu tergila-gilanya sih? Aneh banget.", aku hanya bisa menjawab dengan, "SO WHAT?! Masalah buat lo?!"

Yap, memangnya kenapa kalau aku menyukai Rainie? Memangnya ada peraturan bahwa seseorang tidak boleh ngefans dengan artis sesama jenis? Gak ada kan? Lagipula, sukanya aku sama Rainie, beda dengan sukanya aku dengan Heechul, misalnya. Aku memandang sosok Rainie sebagai figur wanita yang sempurna. Apalagi yang tidak dimilikinya? Karir oke, penampilan menarik, suara bagus, dan ramah pada fans nya. Hanya sayangnya ia belum juga menemukan seorang pangeran berkuda putih di usianya yang telah menginjak 28 tahun. Tapi di luar hal itu, aku menganggapnya sebagai sosok yang sempurna sebagai seorang wanita. Aku ingin menjadi seperti dia, sukses namun tetap rendah hati. Aku menyukainya sebagai panutan, bukan sebagai seorang wanita kepada seorang pria.
Aku tidak memujanya, aku hanya menyukai dan mengaguminya. Mengagumi semua prestasi yang telah ia capai, mengagumi kelebihan yang ia miliki tanpa mempedulikan kekurangan yang ia miliki.
Jadi, apa aku salah? Apa aku tidak normal? Tentu saja tidak! Karena dari semua followers di fanpage Twitter yang aku kelola, hampir semuanya cewe. Wajar kan?
So, please, jangan men-judge orang sembarangan. Kalian bisa berkata seperti itu karena kalian belum mengalaminya. Percayalah, bila kalian sudah mengalaminya, kalian tidak akan berbicara seperti itu.

Sekian deh tulisan dari aku tentang Rainie Yang. Aku akan terus mengaguminya dan menjadikannya sebagai pedoman hidup untuk mencapai kesuksesan. Jia you, Yang Cheng Lin! Keep working until the end of time, I always support you and keep Wishing for Your Happiness! Keep smiling, Rainie :)

NB: bicara soal Twitter dan Facebook, aku memang membuat akun fanpage khusus Rainie Yang, aku akan meng-update informasi mengenai Rainie dan tentu saja membagi foto-foto terbarunya. Jadi, bila kalian juga fans Rainie, follow ya @RainieYang_INA dan like fanpage facebook nya di https://www.facebook.com/RainieYangFC.INA?ref=hl .. Thank you :)

With RainieLove,

Phelina Felim

Tuesday, March 27, 2012

Being Sister is Great

Mungkin ada di antara kalian yang merasa ga enak banget jadi kakak. Mesti ngalah sama adik, mesti mau direpotin, mesti ngalah, bahkan mesti rela dimarahin kalo adik kalian berbuat salah. Gue pernah banget ngerasain itu semua. Yang paling gak enak ya disalahin kalau adik kita kenapa2.
Tapi kalau tidak seperti itu, bagaimana kita bisa merasakan artinya pengorbanan dan rasa tanggung jawab? Mungkin ketika mereka kecil, kita selalu disalahkan, kita harus mengalah, Tapi lihatlah sekarang! Ketika mereka besar, mereka bakal sayang sama lo. Mereka bakal liat kebaikan lo selama ini dan menganggap lo bener2 sosok seorang kakak.
Setidaknya itu yang gue alami. Dari kecil gue selalu mengalah, gue yang menjaga mereka kalau ortu lagi ke toko. Gue terima saat gue disalahkan atas kenakalan mereka. Tapi lihatlah sekarang. Kesabaran dan pengorbanan gue gak sia2. Bukannya gue GR, tapi ini kenyataan. Dari sikap mereka, mereka bener2 menganggap gue kakak, Mereka lebih deket sama gue. Mereka gak takut dan segan sama gue. Terutama adik gue yang paling kecil. Dia deket banget sama gue.
Pernah suatu hari dia bilang ke gue, “Gue takut kalo ngomong sama kakak pertama. Soalnya dia galak dan marah2 mulu.” Sekarang coba lo pikirin. Wajar gak sih kalo adik sendiri takut sama kakak? Kenapa dia gak takut sama gue, bahkan seringkali bertindak seakan2 gue seumuran sama dia? Ya, jawabannya cuma satu. Karena dari dia kecil sampai sekarang, gue yang paling deket sama dia. Gue yang jaga dia, gue yang mengalah buat dia. Dan jujur mungkin gue sempet kesal dengan hal itu, tapi gue sepenuh hati melakukan hal itu. Dan kebaikan gue berbuah hasil. Gue dan adik gue yang paling kecil selayaknya teman. Kadang saling mengejek tapi juga saling membantu dan bercanda. Seringkali bokap gue bilang tiap akhir minggu dia pasti nanya kapan gue pulang ke rumah. Tapi dia berkilah dengan bilang kalau dia pengen gue pulang untuk membantunya buat PR atau ingin cepat2 dapet mp3 yang dia titip untuk gue download di kosan. Yah gue gak tau sebenarnya hal itu bener atau nggak, tapi setidaknya dia nunggu gue pulang aja udah satu kebanggaan buat gue.
Terus kejadian yang paling membuat gue dianggap sebagai kakak adalah kalau mereka menemukan serangga di WC, pasti gue yang dipanggil (kalau bonyok lagi gak di rumah). Dan gue lah yang berani membasminya. Walaupun sebenarnya agak ngeri juga, tapi gue harus berani.
Gue juga gak pelit kalo sama saudara gue. Mungkin kakak gue rada pelit, jadi adik gue kalo mau pinjam barang ke kakak gue, pasti melalui perantara gue, Tapi kalo pinjam barang ke gue, pasti mereka langsung ambil. Pokoknya udah kayak temen sendiri, ga ada lagi rasa sungkan.


Intinya, gue seneng bisa jadi seorang kakak. Ada kebanggaan tersendiri. Gue menikmati posisi gue dan gue berharap persaudaraan ini bakal terus seperti ini.. I LOVE MY SISTERS :) (berkat mereka, gue jadi mengenal anggota SUJU yang tadinya gue buta sama sekali. (CONGRATS YOU, GALS)Red heart

Wednesday, March 14, 2012

Communication is Number One

Gue nulis ini bukan karena gw kuliah di jurusan Desain Komunikasi Visual. Gue menulis ini karena gw baru ngerasain pentingnya komunikasi yang baik. Di sini yang akan gue bahas bukan masalah yang berat kok, bukan yang biasa dipelajari di kampus gue. Ini cuma masalah konkret yang pastinya banyak di antara kita yang mengalaminya.
Sejak gue kuliah, gue punya dua orang teman dekat, tentunya kita udah mulai deket pas kelas 3 SMA. Sebagai teman dekat, tentunya kita sudah cukup mengerti tabiat masing-masing dan bisa saling menjaga perasaan, walaupun kadang kebablasan juga emosinya kalo emang lagi marahan. :)
Sejak semester tiga, kami bertiga berteman dengan seorang cowo sekelas kami, sebut saja C. Selama 3 semester, hubungan kami bertiga dengan C semakin dekat. Dua teman dekat gw udah sering nebeng mobil C waktu pulang kuliah, kami berempat juga selalu makan siang bareng, bahkan setiap salah satu dari kami ada yang ulang tahun, kami berempat merayakannya bersama.
Tapi C ini mungkin masih merasa asing jika berada di antara kami bertiga. Dia masih suka memendam unek-uneknya pada kami, sehingga seringkali terjadi kesalahpahaman. Bahkan dia pernah menganggap dirinya masih orang luar dan tidak berhak menegur salah satu diantara kami bertiga. Contohnya saat itu gw dan B (teman gw yang cewe) singgah sebentar di tempat jual DVD di kampus gw. Sedangkan A (teman cowo) dan C terpaksa menunggu. Mungkin karena C sedang buru-buru, maka ia berkata pada A, “Suruh mereka cepetan donk.” Lalu A menjawab, ”Ya suruh aja.” C menanggapinya dengan berkata, “Lo kan lebih deket sama mereka. Jadi lo donk yang bilang.”
Dari kalimat tersebut, sudah cukup membuktikan bahwa C masih merasa asing dengan kami bertiga. Padahal bila dilihat dari pertemanan kita berempat, kami bertiga sudah menganggap C adalah bagian dari kami dan tidak seharusnya C merasa asing seperti itu. C juga sering memendam kekesalan pada kami bertiga. Ia tidak akan mau mengaku sebelum kami bertanya langsung dan menyuruhnya jujur.
Puncak kesalahpahaman seperti ini baru saja terjadi kemarin. Pagi-pagi sekali, A menyuruh gw untuk SMS C karena A mau pinjam modem C, kebetulan A sedang tidak membawa HPnya dan membawa HP bokapnya, otomatis dia tidak punya nomor C (mungkin). Gw pun sms C dan C menjawab bahwa provider modemnya sudah lama mati. Gue pun meneruskan pesan itu ke C. Ternyata A salah tangkap, dia pikir maksud sms gue adalah no HP C mati dan tidak bisa dihubungi. Dia pun minta no HP salah satu teman kami yang selalu nebeng mobil C ke kampus. Gw memberi nomornya dan A sms teman kami itu. Lalu saat di kampus, saat selesai kuliah pertama, C menghampiri A dan bilang bahwa A tidak perlu menggunakan perantara untuk SMS dia, sms langsung aja. C memang biasanya berbicara dengan nada yang keras, seperti orang marah-marah. atau memang kemarin moodnya sedang buruk. A pun berkata bahwa C ga perlu marah-marah sebelum tau kejadian sebenarnya dan A bilang bahwa lebih baik dia diam. Sejak saat itu, A dan C tidak saling bertegur sapa dan saling diam.
Tadi baru saja gw mendapat kenyataan yang lebih buruk dari B. Kemarin B memang tidak mengikuti kuliah jam pertama dan ia ingin sms gw. Tapi karena gw gak pake BB, mungkin B ingin menghemat pulsa dan akhirnya BBMin C, menyuruhnya memberi BB C ke gw untuk ngobrol. C membalas BBM itu dengan berkata, “gue duduk di pojokan, jauh dari mereka. Mereka mah cuma sediain bangku buat lo, ga buat gw.” Seketika itu juga gw syok. Ya elah, kemarin itu sebenarnya gw udah duduk di baris kedua dan masih tersisa banyak kursi. Tapi karena banyak teman sekelas kami yang duduk di belakang, maka A mengajak gw duduk di belakang, dan ternyata barisan belakang sudah agak penuh. Bahkan gw aja gak tau kapan C datang, begitu gw menoleh ke pojokan, baru gw melihat ada C.
Sungguh, gw ga bermaksud mengasingkan dia, gw cuma gak tau kalo dia udah datang. Lagipula, kalau memang C ingin duduk bersama kita, seharusnya dia bisa menghampiri kita dan minta duduk bersama, dengan senang hati pasti kami akan mengiyakan. Masalahnya sekarang, C masih merasa asing dengan kita, enggan mengeluarkan isi hatinya. Kalau sudah begini ya susah.
Yah, sejak kejadian kemarin, hari ini C seperti menghindari kita. Selesai kuliah tadi, dia langsung bergabung dengan teman kami yang lain. Biasanya ia pasti akan bertanya mau makan di mana, tapi hari ini berbeda. Kata B, kemarin di mobil juga dia tidak ada bercanda-bercandanya. Saat A dan B turun pun dia tidak mengucapkan bye atau hati2. Parahnya lagi, A malah diam saja, padahal menurut gw, puncak kekesalan C pada kami adalah saat A dan C marah2 usai jam kuliah. Karena setelah jam kuliah itu, C masih mengajak gw bicara, masih normal.
Rencananya sih besok kalo memang sikapnya masih aneh, gw bakal mengajaknya bicara, karena besok gw ada kerja kelompok berdua sama dia. Kan ga enak kalo kerja tapi masih ada unek2. Sekarang yang jadi masalah adalah ego A dan C yang sama2 keras kepala. Gw cuma pengen mereka bicara berdua dan menyelesaikan masalahnya. Gak enak banget kan musuhan dengan teman dekat?

Dari pengalaman gw ini, gw cuma mau menekankan satu hal.
Bicaralah, komunikasi itu penting untuk menjaga hubungan sosial. Gak harus sama teman dekat untuk menjalin komunikasi yang baik, sama teman biasa atau orang baru pun, perlu sekali untuk berkomunikasi.
Kalau semuanya dipendam dalam hati, maka kesalahpahaman itu akan semakin besar dan merenggangkan hubungan pertemanan. Gak nyaman banget deh rasanya! Gak ada salahnya meluangkan waktu kita untuk sejenak mengungkapkan isi hati masing2, dan perlu dilakukan secara rutin. Cara ini ampuh lho untuk mengawetkan sebuah hubungan. Buktinya adalah pertemanan kami bertiga ini. Kalau memang ada unek2, keluarkan, selesaikan, jangan diperpanjang. Sampe nangis2 pun silahkan, kita akan merasa lega dan masing2 bisa saling introspeksi diri.

So, keep the communication! Semoga bermanfaat :)

Wednesday, February 15, 2012

Birthday Gift

Kado. Sesuatu yang ga bisa dibilang wajib dikasih ke orang yg lagi ultah sih.. Tapi kado bisa menjadi lambang bahwa kita menyayangi orang tersebut. Kado bisa diberikan dalam bentuk apapun. Bisa berupa barang maupun doa. Sebagus-bagusnya barang, tapi bila tidak disertakan dengan doa yang tulus, maka kado kita gak akan ada artinya. Biasanya orang memberikan kado berupa benda-benda kesukaan orang yang lagi ultah, bisa juga memberikan sesuatu yang tidak disukai orang tersebut dengan maksud jahil atau surprise, atau apapun. Pokoknya apapun hadiah yang kita berikan, bisa membuat orang lain bahagia dan bersyukur.
Dulu di keluarga gw, mana ada sih yang namanya bikin surprise party kalo salah satu dari kita ada yg ultah? Boro2 deh.. Ngasih ucapan selamat aja ga pernah, kalopun pernah pasti melalui situs jejaring sosial atau SMS aja. Itupun cuma dari saudara, ga pernah dari bonyok. Jadi gw selalu merasa ga bakal ada yang spesial di hari ultah gw dan gw selalu merayakannya bersama teman-teman. Dulu pas gw kecil sih sering dirayain dgn kue tart, tapi semenjak perekonomian keluarga gw pas2an, ga pernah ada lagi yang namanya beli satu kue tart utk setiap orang yg ultah. Paling2 nunggu 2 anggota keluarga yang ultah dulu, baru kuenya beli satu utk barengan. Atau yang paling sial ya ga dapet kue, cuma makan di luar.

Sampai akhirnya tibalah ulang tahun gw yang ke 20. Sebenernya ini udah gw ceritain di posting sebelumnya. Jadi gw ga perlu cerita panjang lebar lagi. Entah ada angin apa, keluarga gw ngadain surprise party. Ga nyangka aja, sepanjang hari keluarga gw ga ada yg ngucapin, tiba2 malemnya pada dateng ke kamar sambil bawa kue, PLUS hadiah dari sodara n NYOKAP gw.. ajib, mukjizat ini namanya. Walaupun nyokap gw patungan sama kakak gw, seenggaknya baca ada nama nyokap di kado gw aja gw udh senang. Itu surprise party pertama di keluarga gw.
Lalu surprise ini berlanjut ke adek gw yang paling kecil. Sayangnya adek gw gak dapet kue, soalnya gw sm kakak gw lagi ga ada di rumah. Jadi kita semua cuma bisa kasih kado buku Korea yang waktu itu pengen banget dia beli cuman ga dibolehin sm nyokap. Syukurlah dia senang banget, walapupun tanpa kue. Maaf ya D:
Kemudian tiba ultah kakak gw pas bulan Desember kemaren. Kita udah beli kue dan hadiah buat dia. Surprisenya juga malam-malam, persis sama kayak ultah gw kemarin.
Lalu ultah nyokap gw pas Januari kemarin. Kita berempat patungan buat beli hadiah kalung dari d’paris, dengan bandul berbentuk daun semanggi. Sayangnya, belum sampai satu minggu kalung itu hilang, yang kemungkinan besar dicolong sama pembantu gw, terbukti dari letak kunci yang berubah di tempat nyokap gw sembunyiin tuh kunci lemari. Kita juga kash bingkai foto dengan foto sekeluarga yang udah diedit dan dihias sama gw. Open-mouthed smile It’s ok, yang penting doa kita utk nyokap tulus, semoga nyokap panjang umur dan bahagia selalu. Amin.
Nah, kemarin, tgl 15 Feb, giliran adek gw yg pertama yang ultah. Kali ini lagi-lagi ga ada kue. Tapi gw jamin kado dari gw, kakak, dan adek terkecil gw pasti spektakuler. Secara adek gw itu ultah ke 17, kita mau kasih hadiah yang bakal buat dia menjerit histeris. Kami udah beli boneka panda dengan ukuran lumayan besar dan lucu. Selama ini dia hunting boneka panda, tapi gak pernah ketemu, kalaupun ada, pasti jelek atau harganya terlalu mahal. Nah, untungnya Tuhan memberikan solusi. Kemarin pas kamu bertiga ke mal, kami menemukan boneka panda yang lucu dengan harga yang tidak terlalu mahal. Tanpa pikir panjang, kami pun membelinya. Dijamin pasti adek gw bakal HISTERIA..! Dia kan suka banget sama panda..

Yah, semoga di ultah2 ke depan, bakal ada cerita yang lebih menarik di keluarga gw. Masih bingung aja, kenapa tiba2 muncul tradisi seperti ini di keluarga gw. Entah siapa yang mencetuskan, yang pasti semuanya sudah diatur sama Tuhan.
I just wanna thank God because He gives me the best family. I’m so happy with this change.. :)

Friday, January 27, 2012

Pengalaman Cinta bikin Trauma, Trauma bisa Hilangkah?

Banyak banget pastinya orang yang terlalu sering patah hati sampai akhirnya dia menutup hatinya untuk cinta. Yap, gw salah satunya.

Pengalaman cinta gw mungkin ga bisa dibilang banyak banget sih, tapi semua yang gw alami mampu membuat gw menutup hati gw untuk cinta, entah sampai kapan. Mungkin suatu hari nanti ada seseorang yang berhasil membuka pintu hati gw, ga yakin juga sih. U know how I look like. hmm..

Tulisan kali ini gw cuma mau membagi pengalaman gw aja (saking bingungnya mau nulis apa lagi di blog) yang akhirnya sukses membuat gw menutup hati gw.

Pertama kali suka sama orang (belum jatuh cinta) itu pas gw masih sangat belia, masih balita! Waktu itu umur gw 4 tahun, masih TK A (istilah jaman dulu). Gw suka sama temen sekelas gw, namanya Erick (gapapa lah sebut nama, toh gw udah ga pernah ketemu dia lagi). Gw suka sama dia karena dia care sama gw. Tiap istirahat kita selalu main berdua. Setiap jam makan siang, sekolah gw pasti menyediakan kue basah plus teh manis hangat di setiap kelas sesuai dengan jumlah siswa di kelas itu. Erick selalu membawakan kue dan teh itu ke gw. Jadi gw ga perlu lagi repot-repot berebutan dengan anak lain. Hal ini membawa gosip tersendiri di kalangan guru-guru.

Lalu setelah gw pindah ke Jakarta umur 6 tahun, otomatis gw udah pisah sama dia. Sampai kelas 4 SD gw ga suka sama siapapun. Terus pas kelas 5 SD, ada teman sekelas gw yang suka sama gw. Sebut saja A. Awal kedekatan kami itu waktu kami menjadi teman sebangku. Gw sama dia suka ngobrol dan bercanda bareng. Lucunya pas gw minta balpen dia yang gw rasa unik, dia langsung kasih begitu aja, tanpa embel-embel. Padahal tadinya gw cuma bercanda bilang, "ih lucu. Buat gw ya." Gila, baik banget. Gw tau kalo dia ternyata suka sama gw itu dari temen sekelas gw juga. Waktu itu di kantin dia datengin gw dan bilang klo cowo itu suka sama gw. Mendengar hal itu, gw rada ga percaya. Tapi seketika itu juga gw langsung menjauh dan menghindar dari dia. Kita jadi jarang ngobrol. Bahkan pas dia kasih gw kartu natal, gw ga merespon apa-apa. Gw gak mikirin perasaan dia. Gw gak punya perasaan sama dia, dan that's it, gw gak mau ambil pusing. Setelah gw pikir-pikir mungkin ini yang namanya karma atas keadaan gw saat ini.

Untungnya kelas 6 SD gw pisah kelas sama dia. Kami bener-bener udah ga pernah bicara lagi. Kemudian di kelas 6 itu gw suka sama 1 cowo, sebut saja Y. Y ini disukai oleh gw dan sahabat gw sekaligus. Lucunya, gw sama sahabat gw ga berantem karena masalah ini. Bahkan kami saling mendukung dan saling meledek kalau salah satu dari kita mengalami kejadian menyenangkan bersama Y. Keberuntungan mungkin lebih berpihak ke gw, karena gw mendapat kesempatan untuk duduk sebangku dengan Y. Sayangnya berbulan-bulan kemudian, gw dan sahabat gw akhirnya tau kalau Y ternyata suka sama sahabat kami yang lain, yaitu N. Sedih sih, tapi apa boleh buat. Toh N juga ga suka sama Y.

Begitu duduk di bangku SMP, suka gw sama Y lenyap begitu aja. Tapi sahabat gw itu masih bertahan dengan perasaannya, sampai akhirnya di akhir semester genap kelas 1 SMP, dia suka sama salah satu teman seangkatan dan melupakan Y. Lalu saat gw kelas 2 SMP, gw suka sama temen sekelas gw, namanya R. Sayangnya dia akhirnya pacaran sama temen seangkatan kita, maklum lah, cewenya cantik sih. Gw sih bersyukur aja sempet deket sama R. Tapi perasaan suka gw sama R pun untungnya ga bertahan lama.

Nah di kelas 3 SMP inilah yang paling berkesan dan tak terlupakan. Gw suka sama murid pindahan dari Medan. Dia pindah udah dari kelas 2 SMP sih. Namanya Erick, tadinya gw sempet berpikir kalo Erick yang ini adalah Erick yang pernah gw kenal pas TK. Tapi rasanya ga mungkin banget ada kebetulan seperti itu, jadi gw tepis pemikiran gw itu. Ada salah satu sahabat gw yang bantuin gw PDKT, dia nyari-nyari info tentang Erick melalui SMS. Tak disangka ternyata yang jadian malah mereka! Gw sakit hati, apalagi gw taunya bukan dari mulut dia sendiri, melainkan dari mulut sohib gw yang lain. Kami sempet diem-dieman beberapa hari namun akhirnya gw bisa menerima dan kami baikan lagi. Tapi ternyata mereka putus juga setelah SEMINGGU jadian. Sayang banget, padahal gw udh bisa mendukung mereka :(

Lalu orang kedua yang gw sukai di kelas 3 SMP adalah sahabat gw sendiri. Kami mulai kenal deket emang pas kelas 3 itu tapi kami bisa langsung deket kayak sahabat sejati. Awalnya gw menganggap dia biasa aja, secara muka dia juga ga bisa dibilang cakep. Dia juga sukanya sama sahabat gw yang pernah jadian sama Erick itu, tapi selalu ditolak karena emang sahabat gw ga suka sama tuh cowo. Gw juga ga tau kenapa gw bisa suka sama dia. Awal gw menyadarinya adalah pas retret, gw merasakan ada yang beda aja pas gw lagi bareng dia. Dengan bantuan sahabat-sahabat gw, akhirnya gw memberanikan diri NEMBAK tuh cowo. Walaupun ditolak tapi kami tetap menjadi sahabat. Sampai akhirnya pas valentine, persahabatan kami retak. Coklat yang gw kasih ke dia dibagi-bagi ke temen yang lain, surat ucapannya dirobek dan dibuang. Hal ini gw ketahui dari temen sekelas gw yang tau juga kalo gw suka sama dia. Gw marah sama dia dan kami diam2an sampai hari kelulusan. Maaf-maaf dari dia selalu gw abaikan. Nah pas hari kelulusan itulah akhirnya dia ngajak gw ngomong dan minta maaf lagi. Gw yang berpikir bahwa itu adalah hari terakhir kami bertemu pun akhirnya memutuskan untuk memaafkan dia. Kami pun kembali berteman, tapi tidak lagi menjadi sahabat.

Akhirnya duduk di bangku SMA juga! Di kelas 1 SMA inilah akhirnya gw dapet pacar yang real, NYATA! Dia temen sekelas gw. Pertama kali ngobrol itu awalnya dia tiba-tiba pindah ke belakang gw pas jam istirahat dan menanyakan no HP gw. Sejak saat itu kami sering SMSan, awalnya ngomongin pelajaran, sampai akhirnya ngomongin rutinitas sehari-hari. Padahal di sekolah kami sama sekali ga pernah ngobrol, tapi di SMS akrab banget. Sampai suatu hari dia bilang kalo dia suka sama gw melalui SMS. Gw yang ga percaya pun menantang dia untuk nembak langsung. Dia pun menyanggupi. Tapi keesokan harinya malah gw yang kabur dan menghindar dari dia. Gw bahkan nangis sebelum bel masuk saking takutnya ketemu dia. Akhirnya malam itu kami kembali SMSan dan dia mengulangi hal yang sama, lagi-lagi gw menjawab dengan hal yang sama, yaitu ingin dia mengungkapkannya langsung. Esoknya gw gak lagi menghindar. Beberapa menit sebelum bel pulang, dia menghampiri gw dan bilang kalo nanti jangan ke mana-mana dulu. It's show time! Hari itu juga pas pulang sekolah, setelah kelas sepi, dia nembak gw dan gw terima. Kami pun jadian.

Dua setengah tahun sudah kami pacaran. Namun sejak pertengahan kelas 2 SMA, gw merasakan kerenggangan di antara kita. Dia udah gak kayak dulu, lebih cuek. Gw pun berusaha cuek juga. Mungkin di antara kita sudah timbul kebosanan. Sebenarnya gw masih sayang banget sama dia waktu itu. Tapi gw berpura-pura ga peduli dan bertindak seolah-olah gw baik-baik saja. Mungkin kebosanan itu timbul karena gw dulu kan sekelas sama dia, jadi selalu ketemu dan sayang-sayangan. Sejak kelas 2 udah mulai beda kelas dan sibuk sendiri2. Kata buku yang gw baca sih kemesraan yang berlebihan itu tidak baik dan cepat menimbulkan kebosanan. Makanya pas pacaran mesranya yang standar2 aja dulu, kalo sudah nikah baru boleh lebih. Bahkan selama pacaran sebaiknya jangan ada kontak fisik. Tapi yang namanya anak muda mana tahan sih kalo ga gandengan tangan atau berangkulan? ahahaha..

Sampai akhirnya menjelang kelulusan, gw bertanya pada dia, apa hubungan kami mau dilanjutkan atau diakhiri. Karena jawaban dia adalah bahwa dia udah ga ada perasaan cinta sama gw dan ga bisa janji bakal bisa kayak dulu lagi, akhirnya kami pun memutuskan untuk berpisah. Awalnya gw seneng, berasa semua beban selama ini terangkat. Tapi berminggu-minggu kemudian baru gw merasakan kesedihannya. Berasa ditinggalkan dan ga ada yang care lagi sama gw.

Nah, pas awal masuk kuliah, gw udah mulai bisa melupakan mantan gw itu. Lalu ketemulah gw sama temen SD gw di facebook. Kami chatting, bertukar no HP dan SMSan. Lalu akhirnya dia nembak gw tapi ga langsung gw jawab. Gw berdiskusi dulu sama bonyok (ini salah satu bentuk perbaikan dari sikap gw di masa lalu di mana gw waktu itu langsung nerima mantan gw tanpa diskusi, kali ini gw diskusi dulu baru memutuskan). Bonyok bilang suruh datang ke rumah dulu, biar tau kayak apa orangnya. Dan datanglah dia ke rumah gw di suatu siang hari Sabtu. Dia pun sempat ngobrol sama bokap, lalu kami makan bersama. Canggung banget! Secara baru kali ini ada cowo yang dateng ke rumah gw. Gw berasa kaku banget, pokoknya, berasa pengen cepet2 selesai. Akhirnya lega juga pas sorenya dia pulang. Sejak kejadian itu, gw belum jawab apa2 tentang perasaan dia, sampai akhirnya gw denger gosip kalo ternyata cowo itu cepet banget nyari 'mangsa'. Sebelum gw, dia udah pernah nembak 2 atau 3 cewe (gw lupa, pokoknya 2 di antaranya itu temen gw juga) dalam waktu yang sangat dekat dengan aksi penembakan di ke gw. Gw pun menanyakan kebenaran itu ke 2 temen gw itu langsung dan mereka mengiyakan. Mereka menolak si cowo karena emang berasa ga nyaman sama tuh cowo, kesannya terlalu bawel dan terlalu over tipe cowo kayak dia. Nah dari situ lah gw mulai merasa ga sreg sama cowo itu. Gw merasa kalo dia cepat pindah hati dan selalu mencari sasaran baru setelah ditolak oleh sasaran dia sebelumnya. Kan ga banget! Pelan-pelan gw menghindari dia, menjawab SMS sesingkatnya, kebetulan emang dia waktu itu lagi sibuk dengan kuliahnya, gw pun menggunakan alasan yang sama. Lalu status gw yang tadinya "in an open relationship" gw ubah menjadi "single". Saat dia bertanya maksud gw akhirnya gw mengaku kalo gw ga bisa jalan sama dia, dan gw jujur dengan alasan gw, berdasarkan hasil wawancara dengan temen gw yang pernah menjadi sasaran dia. Dia tadinya marah tapi akhirnya mengerti dan kami pun hanya menjadi teman biasa. Sampai sekarang sih gw masih ilfil, nama dia di kontak aja gw ubah jadi "Undefined". hahaha

Oh ya, sebelum kejadian itu, gw pernah suka sama temen sekelas di bangku kuliah. Tapi dia ternyata udah punya cewe. Untungnya perasaan gw ga berlarut-larut.

Yah, sejak kejadian itu, gw ga pernah lagi membuka hati gw untuk siapapun. Lagipula ga ada juga yang PDKT sama gw, melirik ke gw pun nggak. Sejak saat itu, gw selalu memandang jijik kepada orang yang bermesra-mesraan di depan gw. Gw gak lagi suka dengan kata cinta. Gw merasa cinta itu bullshit. Gw gak lagi suka dengan lagu jatuh cinta. Gw lebih suka lagu mellow bertema patah hati. Gw gak tau apa ini yang namanya karma karena udah menyakiti perasaan temen gw yang menyukai gw pas kelas 5 SD atau bukan, karma karena gw udah menyia-nyiakan perasaan orang lain yang tulus (?) ke gw. Mungkin gw iri dengan kehidupan cinta orang lain, tapi gw ga bisa berbuat apa-apa. Gw cuma berharap hati gw bisa terbuka lagi suatu hari nanti.

Dan setelah gw membaca buku berjudul "Pacaran tanpa Ciuman", gw berangan-angan suatu hari nanti kalo gw udah bertemu dengan 'pembuka' hati gw, gw akan berusaha menjalani masa pacaran tanpa kontak fisik. Tentunya sebelumnya harus ada komitmen di antara kita berdua. Supaya kalau akhirnya hubungan kita nanti bisa langgeng sampai pernikahan, ga akan ada rasa boring seperti yang dikatakan oleh si penulis buku tersebut (karena penulis buku itulah yang telah menikmati indahnya Pacaran tanpa Ciuman sampai akhirnya hubungan mereka berhasil sampai ke pernikahan). Dan pacaran tanpa kontak fisik pun bisa berguna bila (amit-amit) akhirnya kita putus, ga akan ada penyesalan atau merasa dirugikan, merasa terbuang, dll. Semua akan aman-aman saja, layaknya kotak hadiah yang belum disentuh sama sekali.

Demikianlah sharing gw, agak panjang sih. Mau dibaca silahkan, nggak ya ga apa-apa. Yang penting dari sharing ini gw berharap bisa menemukan seseorang berhasil membuka hati gw.

Sekian. :)