Tuesday, August 26, 2014

"Bagaimana Air Asia Mengubah Hidupmu?" | Kecanduan Tiket Air Asia

Dulu saat masa kuliah rasanya ingin sekali bisa jalan-jalan setiap liburan semester. Kadang iri melihat teman-teman yang setiap tahun bisa pergi ke manapun yang mereka inginkan.  Sampai suatu saat setelah lulus, saya mencoba untuk membuka website Air Asia yang menurut orang-orang selalu memberikan penawaran tiket murah. Setelah melihat-lihat website Air Asia, saya akhirnya mendaftakan e-mail saya agar bisa menerima promo-promo yang ditawarkan. Selain itu saya juga mulai mem-follow social media Air Asia dan bahkan saya meminta adik-adik dan ayah saya untuk melakukan hal yang sama agar tidak ketinggalan promo menarik. Hehehe..
Akhirnya pada awal tahun 2012, saya berhasil mendapatkan tiket promo dari Air Asia. Tujuan kami pada saat itu adalah Singapura, dan saya memutuskan untuk membeli 6 tiket pada bulan Desember 2012, tepatnya di tanggal 25 Desember.  Yah hitung-hitung sekalian jalan-jalan keluarga bersama ayah, ibu, kakak, dan adik saya. Mumpung tempatnya dekat. Karena saat itu adalah penerbangan pertama kami sekeluarga ke negeri seberang, kami pun memutuskan untuk ke sana selama 2 minggu. Hahaha.. Sepertinya waktu yang cukup lama untuk menjelajah Singapura. J
Setelah tiket didapat, saya mulai menyusun jadwal perjalanan kami selama di sana. Dengan dana yang pas-pasan, kami memutuskan pergi ke Malaysia dan Penang terlebih dahulu selama beberapa hari untuk bertemu dengan saudara yang tinggal disana. Sayang juga kalau sudah dapat tiket murah tapi tidak ke banyak tempat. Kemudian kami kembali ke Singapura untuk menghabiskan malam tahun baru. Semua itu dilakukan dengan penuh perjuangan karena kami bepergian ala backpacker. Hmm.. atau boleh dibilang semi backpacker karena walaupun kami pergi ke mana-mana dengan transportasi umum, namun untuk penginapan biasanya kami mencari penginapan hotel bintang 3.
Hati Riang Walau Rambut Sudah Lepek
Keluarga Kompak :)

Kursinya Pas 6, lho!

Setelah perjalanan pertama kami tadi, kami sekeluarga jadi ketagihan untuk berpetualang ke negeri orang ala semi backpacker. Tahun berikutnya kami memutuskan untuk menunggu tiket promo lagi dari Air Asia, dan YES!! Kami mendapatkan tiket ke Bangkok di pertengahan tahun 2014. Seperti biasa semua jadwal perjalanan sudah kami rencanakan jauh-jauh hari sebelum berangkat.  
Floating Market

Siap-siap Ketemu Banci Cantik

Thank You, Big Tuk Tuk, for One Day Pattaya Trip

Absolute Siam, After Visiting Madame Tussauds

Watch Out! Art in Paradise will Amaze You!
Setelah puas berlibur di Bangkok (saya baru pulang 1,5 bln yg lalu, lho), lagi-lagi kami ketagihan untuk pergi berlibur lagi dengan modal tiket murah dari Air Asia. Saya pun iseng-iseng membuka facebook Air Asia dan menemukan bahwa Air Asia akan mengadakan promo kursi gratis. Dan apa yang terjadi? Kami membeli tiket lagi untuk tahun depan dengan tujuan Hanoi. Yaaah.. Sekarang memang kami sekeluarga benar-benar menjadi ketagihan untuk jalan-jalan. Bahkan kami berencana untuk mendatangi semua tempat di Asia Tenggara terlebih dahulu sebelum menjelajah ke tempat lain, minimal mendatangi tempat-tempat yang bebas visa. Hehehe.. Demi liburan dengan tiket murah, rela deh begadang demi mendapat tiket promo.

So, kata siapa jalan-jalan harus mengeluarkan biaya mahal untuk beli tiket? Sekarang saya tidak perlu iri lagi dengan teman-teman yang bisa jalan-jalan setiap tahun. Saya juga bisa, karena Air Asia mengubah hidupku. Sejak saat itu, setiap kali ingin melakukan perjalanan baik untuk liburan ataupun hal lainnya, yang selalu terlintas dalam pikiran saya dan keluarga adalah mencari tiket Air Asia.  Terima kasih Air Asia, semoga Air Asia selalu bisa menjadi sahabat bagi saya dan keluarga. J  Terima kasih juga untuk pelayanan yang sangat memuaskan.

***

Friday, August 8, 2014

Jin Sha 金莎_Wo Dong Le 我懂了 (I Understand) - Lyric + English Translation

我在進退的路口
Wǒ zài jìntuì de lùkǒu
I was in retreat intersection 
我看不見了天空
wǒ kàn bùjiànle tiānkōng
I can not see the sky
我快樂嗎 我也好想躲一躲
wǒ kuàilè ma wǒ yě hǎo xiǎng duǒ yī duǒ
Am I happy, I also want to hide a hide
到你的胸口
dào nǐ de xiōngkǒu
To your chest

我的喜悲你的自由
wǒ de xǐ bēi nǐ de zìyóu
My sorrow, your freedom
就像彩虹短暫逗留
jiù xiàng cǎihóng duǎnzàn dòuliú
Just like a short stay rainbow
你快樂吧
nǐ kuàilè ba
You're happy
你找到你的出口
nǐ zhǎodào nǐ de chūkǒu
You found your exit
你真的自由
nǐ zhēn de zìyóu
Your real freedom

我不愛過 就不懂寂寞
wǒ bù àiguò jiù bù dǒng jìmò
I've never loved someone, so do not understand loneliness
我不難過 淚又怎麼會流
wǒ bù nánguò lèi yòu zěnme huì liú
I'm not sad, why the tears can flow
愛的夠重 傷的夠痛
ài de gòu zhòng shāng de gòu tòng
Love is heavy enough,  hurt is painful enough
證明我愛過
zhèngmíng wǒ àiguò
It proves that I've loved

幸福走過 才浮現感動
xìngfú zǒuguò cái fúxiàn gǎndòng
Happiness has passed just surfaced the touched
幸運的我 曾擁你的溫柔
xìngyùn de wǒ céng yōng nǐ de wēnróu
Lucky me who own your tenderness
你的笑容 還有你問候
nǐ de xiàoróng hái yǒu nǐ wènhòu
Your smile and your regards
都讓我心動
dōu ràng wǒ xīndòng
All made my heartbeat

你喜歡過 你沉溺過 你殘忍過
nǐ xǐhuānguò nǐ chénnìguò nǐ cánrěnguò
You've liked, you've addicted, you've so cruel
這一刻我都懂 我真的自由
zhè yīkè wǒ dū dǒng wǒ zhēn de zìyóu
At this moment I understand my real freedom
我的喜悲你的自由
wǒ de xǐ bēi nǐ de zìyóu
My sorrow, your freedom
就像彩虹短暫逗留
jiù xiàng cǎihóng duǎnzàn dòuliú
Just like a short stay rainbow
你快樂吧
nǐ kuàilè ba
You're happy
你找到你的出口
nǐ zhǎodào nǐ de chūkǒu
You found your exit
你真的自由
nǐ zhēn de zìyóu
Your real freedom

我不愛過 就不懂寂寞
wǒ bù àiguò jiù bù dǒng jìmò
I've never loved someone, so do not understand loneliness
我不難過 淚又怎麼會流
wǒ bù nánguò lèi yòu zěnme huì liú
I'm not sad, why the tears can flow
愛的夠重 傷的夠痛
ài de gòu zhòng shāng de gòu tòng
Love is heavy enough,  hurt is painful enough
證明我愛過
zhèngmíng wǒ àiguò
It proves that I've loved

幸福走過 才浮現感動
xìngfú zǒuguò cái fúxiàn gǎndòng
Happiness has passed just surfaced the touched
幸運的我 曾擁你的溫柔
xìngyùn de wǒ céng yōng nǐ de wēnróu
Lucky me who own your tenderness
你的笑容 還有你問候
nǐ de xiàoróng hái yǒu nǐ wènhòu
Your smile and your regards
都讓我心動
dōu ràng wǒ xīndòng
All made my heartbeat

我不愛過 就不懂寂寞
wǒ bù àiguò jiù bù dǒng jìmò
I've never loved someone, so do not understand loneliness
我不難過 淚又怎麼會流
wǒ bù nánguò lèi yòu zěnme huì liú
I'm not sad, why the tears can flow
愛的夠重 傷的夠痛
ài de gòu zhòng shāng de gòu tòng
Love is heavy enough,  hurt is painful enough
證明我愛過
zhèngmíng wǒ àiguò
It proves that I've loved

幸福走過 才浮現感動
xìngfú zǒuguò cái fúxiàn gǎndòng
Happiness has passed just surfaced the touched
幸運的我 曾擁你的溫柔
xìngyùn de wǒ céng yōng nǐ de wēnróu
Lucky me who own your tenderness
你的笑容 還有你問候
nǐ de xiàoróng hái yǒu nǐ wènhòu
Your smile and your regards
都讓我心動
dōu ràng wǒ xīndòng
All made my heartbeat

你喜歡過 你沉溺過 你殘忍過
nǐ xǐhuānguò nǐ chénnìguò nǐ cánrěnguò
You've liked, you've addicted, you've so cruel
這一刻我都懂 我真的自由
zhè yīkè wǒ dū dǒng wǒ zhēn de zìyóu
At this moment I understand my real freedom

OST Loving, Never Forgetiing

Wednesday, August 6, 2014

It’s so Scary Loving You Like This

Type: Song fiction
Original Song: Freya Lim – Zhe Yang Ai Ni Hao Ke Pa
 --------------------------------------------------------------------------------------------------------------
“Perkenalkan, ini Winda, pacarku.”
Ini kali pertama aku bertemu dengan Toni setelah 2 tahun yang lalu hubungan kami berakhir. Aku tahu dia sudah pulang dari Amerika 3 bulan yang lalu. Tapi aku sungguh tidak menyangka akan bertemu dengannya di sini. Melihatnya di restoran ini bersama seorang wanita cantik, membuatku terus saja berdoa semoga wanita tersebut bukan pacar barunya. Tapi ternyata apa yang tak ingin kudengar, justru dengan jelas terucap dari bibir Toni sendiri. Aku mulai menyesal mengapa aku tidak langsung kabur begitu melihat Toni juga berada di restoran ini. Mengapa otak dan kakiku tidak sejalan? Mengapa kakiku tidak bergerak sampai pada akhirnya Toni melihatku dan menghampiriku, kemudian memperkenalkan wanita tersebut padaku? Dan mengapa pula dari sekian banyak restoran yang ada di kota ini, Toni harus datang ke restoran yang sama denganku? Padahal selama ini aku sudah berusaha untuk tidak lagi mendatangi tempat manapun yang bisa mengingatkanku pada dirinya.
“Winda.” Wanita itu mengulurkan tangannya padaku.
Bodoh! Di saat seperti ini aku hanya bisa terdiam. Tersenyum pun tak bisa, apalagi membalas uluran tangannya. Mataku mulai berkaca-kaca. Oh, Tuhan! Jangan biarkan aku menangis di sini. Setidaknya jangan di depan Toni dan pacar barunya ini.
“Cindy? Kau kenapa? Kau baik-baik saja?” Toni menatapku dengan khawatir karena aku masih belum merespon uluran tangan Winda. Saat itu pula aku tersadar dan segera mengulurkan tangan, plus senyuman yang kupaksakan.
“Cindy.” Kataku sambil menjabat tangan Winda selama sepersekian detik.
“Ah, kebetulan kita bertemu. Kau sendirian? Mau bergabung dengan kami?” Toni menawarkan, membuatku seketika menjadi panik.
“Oh, tidak usah. Aku janjian dengan teman-temanku kok. Aku tidak mau mengganggu kencan kalian.” Kataku dengan sedikit kerlingan di mata. WOW! Sungguh akting yang sangat bagus! Aku sendiri tidak tahu dari mana bakatku ini. Mungkin aku cocok juga menjadi artis!
“Baiklah. Kalau begitu kami ke sana dulu.” Kata Toni yang diikuti oleh senyuman manis Winda.
“Ya, silahkan.”
“Senang bertemu denganmu.” Kata Winda.
“Aku juga.”
Ah, sekarang aku tidak bisa kabur lagi! Aku sudah terlanjur mengatakan bahwa aku ada janji dengan teman-temanku di sini. Tidak lucu jika aku langsung keluar dari restoran ini. Sebenarnya aku datang ke sini sendirian, berencana untuk menenangkan pikiran dari pekerjaan yang menumpuk, ditambah dengan pikiran-pikiran mengenai Toni yang masih saja berputar di kepalaku selama 3 tahun ini. Sialnya, aku malah bertemu dengannya di sini!
Aku melangkahkan kakiku menuju meja yang paling jauh dari meja Toni dan Winda, lalu mendaratkan pantatku dengan sedikit keras. Sekarang nafsu makanku sudah hilang. Aku pun memanggil pelayan dan hanya memesan segelas teh manis hangat.
Sembari menunggu pesanan, aku tidak bisa menahan pandanganku dari Toni dan Winda. Mereka sedang berbincang dengan asyiknya, sambil beberapa kali tertawa. Hatiku masih saja sakit melihat kelakuan mereka.
Cindy, kau kenapa?” pertanyaan Toni tadi masih terngiang di pikiranku. Kenapa katanya? Apa perlu ia bertanya seperti itu? Apa dia tidak melihat mataku yang sudah berkaca-kaca dan kelakuan bodohku yang lama terdiam saat ia mengenalkan pacar barunya? Bukankah dulu dia bilang, dia yang paling mengerti diriku? Lalu kenapa sekarang dia harus bertanya seperti itu? Apa dia mau mempermalukan aku di depan Winda? Apa dia merasa menang sekarang? Dasar Toni bodoh!
Hah, aku jadi teringat lagi saat-saat kami akan berpisah.


Tiga tahun yang lalu…

“Kita putus saja.” Akhirnya setelah aku memantapkan hatiku, kalimat itu terucap.
“Apa?” Toni menatapku dengan pandangan tidak percaya. “Kenapa?”
“Kau masih tanya kenapa? Toni, kau tahu aku selalu ingin berada di sampingmu, tapi.. Kau akan ke Amerika. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana hidupku tanpa dirimu.”
“Tapi.. Kita kan masih bisa berkomunikasi lewat internet.”
“Aku tidak bisa, Toni. Terlalu lama. Kau memilih untuk pergi. Aku tidak ingin menahanmu di sini, kau harus menggapai impianmu. Aku membebaskanmu. Pergilah. Jangan hiraukan aku.”
“Cindy..” Toni menatapku dengan pandangan memohon, tapi aku segera mengangkat tanganku.
“Sudahlah. Kita akhiri saja semua ini.”
Keheningan melanda kami selama beberapa saat sebelum akhirnya Toni menghela nafasnya dan bertanya, “Kau serius?”
Butuh waktu untuk menjawab pertanyaan itu. Apa aku serius? Kalau boleh jujur, aku juga tidak ingin mengakhiri hubungan ini. Aku mencintai Toni. Tapi aku tidak akan bisa hidup tanpa dia di sampingku. Aku terlalu mengandalkannya. Dengan pilihan Toni untuk berangkat ke Amerika, akhirnya menyadarkanku bahwa tidak selamanya aku bisa bersandar padanya. Ada kalanya aku harus lepas, dan mungkin inilah saatnya. Aku harus mengandalkan diriku sendiri mulai saat ini. Aku tidak boleh menahan Toni. Biarkan ini menjadi keputusan yang terbaik.
“Ya.” Kataku selama jeda beberapa saat. “Kalau memang kita berjodoh, pasti akan bersatu kembali. Percayalah. Mungkin ini memang jalan terbaik. Kalau suatu hari nanti kau bertemu dengan seorang wanita, bukalah hatimu. Jangan pikirkan aku lagi. Oke?”
Toni menatapku dalam. Mungkin ia berharap aku menarik kembali ucapanku. Tapi itu tidak akan terjadi. Aku bukan orang yang bisa dengan mudahnya menarik ucapanku. Dan ucapanku ini sudah aku pikirkan dengan matang selama tiga malam.
“Baiklah. Kalau itu maumu.”
Di satu sisi aku lega karena semua ini berjalan sesuai dengan skenario di otakku. Tapi di sisi lain, ada bagian dari hatiku yang terasa sakit dan menyayat. Jauh di dalam lubuk hatiku, aku ingin Toni bersikeras untuk tidak ingin berpisah denganku. Namun ini sudah menjadi keputusanku. Aku yang memutuskan dan hal itu tidak akan kuubah.

“Silahkan, Nona, teh hangatnya.” Segelas teh hangat yang dibawakan pelayan langsung membuyarkan lamunanku. Aku pun menyesap teh-ku beberapa teguk dan kembali memperhatikan Toni.
Kau baik-baik saja?” pertanyaan Toni tadi kembali terngiang. Aku tersenyum kecil.
Apa menurutmu aku baik-baik saja? Ya, aku akan baik-baik saja kalau ternyata pacar barumu itu tidak lebih baik dariku. Kau mungkin akan kembali mengingat kebersamaan kita. Aku akan baik-baik saja kalau kau dan pacar barumu itu ternyata tidak cocok dan mulai bertengkar. Setidaknya kau akan tahu bahwa hanya diriku yang pantas untukmu.
Aku yang dulu meminta berpisah, dan sekarang aku yang menyesal. Apalagi setelah melihat dirimu bisa dengan mudahnya mendapatkan pacar baru, sementara aku di sini masih terpaku dalam ingatan akan dirimu. Aku sadar aku memang egois. Sudah memutuskanmu secara sepihak dan sekarang ingin memilikimu kembali.
Apa jadinya jika orang-orang mengetahui pemikiranku ini? Mereka pasti menertawakanku. Lalu bagaimana dengan dirimu? Dengan caraku mencintaimu yang seperti ini, yang justru menginkan hubunganmu dan pacar barumu hancur berantakan, masihkan mungkin aku mendapatkan cintamu lagi?

Ah, ada apa dengan diriku ini? Caraku mencintaimu sungguh mengerikan!