Tuesday, March 27, 2012

Being Sister is Great

Mungkin ada di antara kalian yang merasa ga enak banget jadi kakak. Mesti ngalah sama adik, mesti mau direpotin, mesti ngalah, bahkan mesti rela dimarahin kalo adik kalian berbuat salah. Gue pernah banget ngerasain itu semua. Yang paling gak enak ya disalahin kalau adik kita kenapa2.
Tapi kalau tidak seperti itu, bagaimana kita bisa merasakan artinya pengorbanan dan rasa tanggung jawab? Mungkin ketika mereka kecil, kita selalu disalahkan, kita harus mengalah, Tapi lihatlah sekarang! Ketika mereka besar, mereka bakal sayang sama lo. Mereka bakal liat kebaikan lo selama ini dan menganggap lo bener2 sosok seorang kakak.
Setidaknya itu yang gue alami. Dari kecil gue selalu mengalah, gue yang menjaga mereka kalau ortu lagi ke toko. Gue terima saat gue disalahkan atas kenakalan mereka. Tapi lihatlah sekarang. Kesabaran dan pengorbanan gue gak sia2. Bukannya gue GR, tapi ini kenyataan. Dari sikap mereka, mereka bener2 menganggap gue kakak, Mereka lebih deket sama gue. Mereka gak takut dan segan sama gue. Terutama adik gue yang paling kecil. Dia deket banget sama gue.
Pernah suatu hari dia bilang ke gue, “Gue takut kalo ngomong sama kakak pertama. Soalnya dia galak dan marah2 mulu.” Sekarang coba lo pikirin. Wajar gak sih kalo adik sendiri takut sama kakak? Kenapa dia gak takut sama gue, bahkan seringkali bertindak seakan2 gue seumuran sama dia? Ya, jawabannya cuma satu. Karena dari dia kecil sampai sekarang, gue yang paling deket sama dia. Gue yang jaga dia, gue yang mengalah buat dia. Dan jujur mungkin gue sempet kesal dengan hal itu, tapi gue sepenuh hati melakukan hal itu. Dan kebaikan gue berbuah hasil. Gue dan adik gue yang paling kecil selayaknya teman. Kadang saling mengejek tapi juga saling membantu dan bercanda. Seringkali bokap gue bilang tiap akhir minggu dia pasti nanya kapan gue pulang ke rumah. Tapi dia berkilah dengan bilang kalau dia pengen gue pulang untuk membantunya buat PR atau ingin cepat2 dapet mp3 yang dia titip untuk gue download di kosan. Yah gue gak tau sebenarnya hal itu bener atau nggak, tapi setidaknya dia nunggu gue pulang aja udah satu kebanggaan buat gue.
Terus kejadian yang paling membuat gue dianggap sebagai kakak adalah kalau mereka menemukan serangga di WC, pasti gue yang dipanggil (kalau bonyok lagi gak di rumah). Dan gue lah yang berani membasminya. Walaupun sebenarnya agak ngeri juga, tapi gue harus berani.
Gue juga gak pelit kalo sama saudara gue. Mungkin kakak gue rada pelit, jadi adik gue kalo mau pinjam barang ke kakak gue, pasti melalui perantara gue, Tapi kalo pinjam barang ke gue, pasti mereka langsung ambil. Pokoknya udah kayak temen sendiri, ga ada lagi rasa sungkan.


Intinya, gue seneng bisa jadi seorang kakak. Ada kebanggaan tersendiri. Gue menikmati posisi gue dan gue berharap persaudaraan ini bakal terus seperti ini.. I LOVE MY SISTERS :) (berkat mereka, gue jadi mengenal anggota SUJU yang tadinya gue buta sama sekali. (CONGRATS YOU, GALS)Red heart

Wednesday, March 14, 2012

Communication is Number One

Gue nulis ini bukan karena gw kuliah di jurusan Desain Komunikasi Visual. Gue menulis ini karena gw baru ngerasain pentingnya komunikasi yang baik. Di sini yang akan gue bahas bukan masalah yang berat kok, bukan yang biasa dipelajari di kampus gue. Ini cuma masalah konkret yang pastinya banyak di antara kita yang mengalaminya.
Sejak gue kuliah, gue punya dua orang teman dekat, tentunya kita udah mulai deket pas kelas 3 SMA. Sebagai teman dekat, tentunya kita sudah cukup mengerti tabiat masing-masing dan bisa saling menjaga perasaan, walaupun kadang kebablasan juga emosinya kalo emang lagi marahan. :)
Sejak semester tiga, kami bertiga berteman dengan seorang cowo sekelas kami, sebut saja C. Selama 3 semester, hubungan kami bertiga dengan C semakin dekat. Dua teman dekat gw udah sering nebeng mobil C waktu pulang kuliah, kami berempat juga selalu makan siang bareng, bahkan setiap salah satu dari kami ada yang ulang tahun, kami berempat merayakannya bersama.
Tapi C ini mungkin masih merasa asing jika berada di antara kami bertiga. Dia masih suka memendam unek-uneknya pada kami, sehingga seringkali terjadi kesalahpahaman. Bahkan dia pernah menganggap dirinya masih orang luar dan tidak berhak menegur salah satu diantara kami bertiga. Contohnya saat itu gw dan B (teman gw yang cewe) singgah sebentar di tempat jual DVD di kampus gw. Sedangkan A (teman cowo) dan C terpaksa menunggu. Mungkin karena C sedang buru-buru, maka ia berkata pada A, “Suruh mereka cepetan donk.” Lalu A menjawab, ”Ya suruh aja.” C menanggapinya dengan berkata, “Lo kan lebih deket sama mereka. Jadi lo donk yang bilang.”
Dari kalimat tersebut, sudah cukup membuktikan bahwa C masih merasa asing dengan kami bertiga. Padahal bila dilihat dari pertemanan kita berempat, kami bertiga sudah menganggap C adalah bagian dari kami dan tidak seharusnya C merasa asing seperti itu. C juga sering memendam kekesalan pada kami bertiga. Ia tidak akan mau mengaku sebelum kami bertanya langsung dan menyuruhnya jujur.
Puncak kesalahpahaman seperti ini baru saja terjadi kemarin. Pagi-pagi sekali, A menyuruh gw untuk SMS C karena A mau pinjam modem C, kebetulan A sedang tidak membawa HPnya dan membawa HP bokapnya, otomatis dia tidak punya nomor C (mungkin). Gw pun sms C dan C menjawab bahwa provider modemnya sudah lama mati. Gue pun meneruskan pesan itu ke C. Ternyata A salah tangkap, dia pikir maksud sms gue adalah no HP C mati dan tidak bisa dihubungi. Dia pun minta no HP salah satu teman kami yang selalu nebeng mobil C ke kampus. Gw memberi nomornya dan A sms teman kami itu. Lalu saat di kampus, saat selesai kuliah pertama, C menghampiri A dan bilang bahwa A tidak perlu menggunakan perantara untuk SMS dia, sms langsung aja. C memang biasanya berbicara dengan nada yang keras, seperti orang marah-marah. atau memang kemarin moodnya sedang buruk. A pun berkata bahwa C ga perlu marah-marah sebelum tau kejadian sebenarnya dan A bilang bahwa lebih baik dia diam. Sejak saat itu, A dan C tidak saling bertegur sapa dan saling diam.
Tadi baru saja gw mendapat kenyataan yang lebih buruk dari B. Kemarin B memang tidak mengikuti kuliah jam pertama dan ia ingin sms gw. Tapi karena gw gak pake BB, mungkin B ingin menghemat pulsa dan akhirnya BBMin C, menyuruhnya memberi BB C ke gw untuk ngobrol. C membalas BBM itu dengan berkata, “gue duduk di pojokan, jauh dari mereka. Mereka mah cuma sediain bangku buat lo, ga buat gw.” Seketika itu juga gw syok. Ya elah, kemarin itu sebenarnya gw udah duduk di baris kedua dan masih tersisa banyak kursi. Tapi karena banyak teman sekelas kami yang duduk di belakang, maka A mengajak gw duduk di belakang, dan ternyata barisan belakang sudah agak penuh. Bahkan gw aja gak tau kapan C datang, begitu gw menoleh ke pojokan, baru gw melihat ada C.
Sungguh, gw ga bermaksud mengasingkan dia, gw cuma gak tau kalo dia udah datang. Lagipula, kalau memang C ingin duduk bersama kita, seharusnya dia bisa menghampiri kita dan minta duduk bersama, dengan senang hati pasti kami akan mengiyakan. Masalahnya sekarang, C masih merasa asing dengan kita, enggan mengeluarkan isi hatinya. Kalau sudah begini ya susah.
Yah, sejak kejadian kemarin, hari ini C seperti menghindari kita. Selesai kuliah tadi, dia langsung bergabung dengan teman kami yang lain. Biasanya ia pasti akan bertanya mau makan di mana, tapi hari ini berbeda. Kata B, kemarin di mobil juga dia tidak ada bercanda-bercandanya. Saat A dan B turun pun dia tidak mengucapkan bye atau hati2. Parahnya lagi, A malah diam saja, padahal menurut gw, puncak kekesalan C pada kami adalah saat A dan C marah2 usai jam kuliah. Karena setelah jam kuliah itu, C masih mengajak gw bicara, masih normal.
Rencananya sih besok kalo memang sikapnya masih aneh, gw bakal mengajaknya bicara, karena besok gw ada kerja kelompok berdua sama dia. Kan ga enak kalo kerja tapi masih ada unek2. Sekarang yang jadi masalah adalah ego A dan C yang sama2 keras kepala. Gw cuma pengen mereka bicara berdua dan menyelesaikan masalahnya. Gak enak banget kan musuhan dengan teman dekat?

Dari pengalaman gw ini, gw cuma mau menekankan satu hal.
Bicaralah, komunikasi itu penting untuk menjaga hubungan sosial. Gak harus sama teman dekat untuk menjalin komunikasi yang baik, sama teman biasa atau orang baru pun, perlu sekali untuk berkomunikasi.
Kalau semuanya dipendam dalam hati, maka kesalahpahaman itu akan semakin besar dan merenggangkan hubungan pertemanan. Gak nyaman banget deh rasanya! Gak ada salahnya meluangkan waktu kita untuk sejenak mengungkapkan isi hati masing2, dan perlu dilakukan secara rutin. Cara ini ampuh lho untuk mengawetkan sebuah hubungan. Buktinya adalah pertemanan kami bertiga ini. Kalau memang ada unek2, keluarkan, selesaikan, jangan diperpanjang. Sampe nangis2 pun silahkan, kita akan merasa lega dan masing2 bisa saling introspeksi diri.

So, keep the communication! Semoga bermanfaat :)