Sunday, May 24, 2015

From A Stranger who Unreasonably Love You


Hai, kau yang di sana. Namaku Sarah, 24 tahun. Masih ingat? Kurasa tidak. Ya, bagaimana mungkin kau bisa ingat? Tiga belas tahun sudah berlalu sejak terakhir kali kita bertemu. Dan bagaimana mungkin kau bisa ingat sedangkan murid-muridmu berjumlah ratusan bahkan ribuan? Dan nama Sarah sungguh sangat pasaran.
Kau tahu? Di suatu malam ketika hanya aku seorang yang masih membuka mata, entah bagaimana wajahmu tiba-tiba terbayang. Aneh memang. Aku memang senang berkhayal sebelum tidur, mencari-cari ide yang mungkin saja bisa kujadikan bahan menulis novel. Ah ya, sekedar informasi untukmu, cita-citaku menjadi seorang novelis. Tidak penting memang, tapi biarlah aku berbagi sedikit tentangku. Mungkin saja suatu hari kau membaca tulisan ini dan ingin mengenalku. Haha..
Kembali ke topik utama. Ya, wajahmu yang tiba-tiba terlintas. Sungguh aku tidak tahu mengapa. Oh, tidak. Tidak ada kejadian spesial di antara kita. Hubungan di antara kita hanya guru dan murid. Kau pernah menjadi wali kelasku dua kali. Meskipun begitu, aku yakin kau tidak mengingatku. Aku bukan murid yang menonjol. Aku cenderung pendiam. Bahkan aku hanya punya 3 orang teman saat itu.
Sejak malam itu, sejak wajahmu terlintas dalam pikiranku, hampir setiap malam aku berpikir mengenai sebuah cerita. Kisah seorang wanita yang jatuh cinta pada pria berusia jauh di atasnya atau yang biasa disebut dengan istilah Sugar Daddy. Ya, tentu saja wajahmu yang selalu kubayangkan saat itu. Jangan kira aku lupa bagaimana rupa wajahmu. Aku ingat, sangat ingat dengan jelas. Kulitmu sedikit gelap, bertubuh tinggi dan tegap, janggut tipis menghiasi dagumu, juga kacamata yang membingkai matamu. Kau tampak seperti pria pemalu, namun di sisi lain bisa tampak gagah dan tegas dengan suara baritonmu. Usiamu kutaksir sekitar 35 tahun saat itu.
Ah, semakin sering aku membayangkanmu, semakin aku penasaran. Bagaimana dirimu yang sekarang? Tanpa sadar aku membuka akun Facebook, mencari-cari namamu. Siapa tahu kau punya akun Facebook. Tapi... Astaga, aku bahkan tidak tahu nama lengkapmu. Aku sedikit putus asa. Hanya nama depanmu yang kucari dan hasil pencarian yang kudapatkan terlampau banyak. Ya, seperti namaku, namamu juga pasaran. Hehehe..
Bermalam-malam kuhabiskan dengan mencari akunmu namun tak juga kutemukan. Kupikir kau memang tidak memiliki akun Facebook. Berapakah usiamu saat ini? Di usiamu yang sekarang mungkin saja kau terlalu malas untuk mengikuti perkembangan zaman. Aku pun mulai putus asa.
Ting! Saat aku hendak memejamkan mata dan menghentikan pencarianku, tiba-tiba saja sesuatu melintas di pikiranku. Aku ingat sekarang! Aku pernah dimasukkan dalam sebuah grup alumni sekolah dasarku. Dan seingatku pernah ada salah satu temanku yang mengunggah foto kelas saat kami masih menginjak kelas 6. Dengan cepat aku membuka grup tersebut. Ku-scroll layar smartphone-ku untuk mencari foto tersebut. Beberapa menit berlalu, aku tak juga menemukannya. Ah, mengapa mereka harus menulis hal-hal yang tidak penting di grup ini? Aku jadi kesulitan mencarinya.
Jantungku langsung berdegup kencang begitu mendapati foto itu di sana. Ya, ini foto yang aku maksud. Segera kubuka foto tersebut dan memperbesarnya sehingga aku bisa membaca nama-nama yang tertera di bagian bawah foto.
Wali kelas: Albertus Widjaya.
Benar. Itu kau.
Segera aku menekan tombol search dan mencari nama tersebut.
Ketemu! Kau tidak akan bisa membayangkan bagaimana bahagianya hatiku.
Dan dimulailah kegiatan stalking-ku sejak saat itu...

Hai, kau yang di sana. Percayakah dirimu jika kukatakan bahwa...
Mungkin... mungkin saja... aku...
Menyukaimu?
Kau tidak percaya? Ya, aku sendiri pun tidak percaya. Kau boleh tertawa karena aku juga sedang melakukan hal yang sama. Bagaimana mungkin? Bagaimana bisa?
Aku tidak tahu. Sebenarnya aku juga belum pasti dengan perasaan ini. Hei, kita bahkan tidak pernah bertemu selama 13 tahun. Dan kita tak pernah punya kenangan sekecil apapun. Kau dan aku bagai dua orang asing. Seperti yang kukatakan sebelumnya. Bahkan ingat denganku saja tidak, kan?
Begini. Logikanya, usiamu saat ini sudah hampir menginjak 50 tahun. Kau lebih pantas menjadi ayahku. Bahkan aku tak ingat wajahmu sekuyu itu saat aku pertama kali menemukan akunmu di Facebook. Lalu, adakah alasan aku menyukaimu?
Sama sekali tidak ada.
Aku tahu ini bodoh sekali. Dirimu bahkan sudah berkeluarga, mungkin sudah lama sebelum kita berjumpa. Lihatlah anak-anakmu sekarang sudah hampir sama usianya denganku. Lalu pantaskah aku memiliki perasaan ini?
Oh, tidak, tentu saja tidak. Aku sama sekali tidak punya pikiran untuk mengganggumu. Dan tulisan ini benar-benar hanya isi hatiku. Tidak ada niat sedikitpun. Aku sungguh tidak berhak, bukan begitu?
Baiklah, aku tidak akan berlama-lama lagi. Aku hanya ingin mengungkapkan apa yang ada dalam hatiku saat ini. Mungkin suatu hari nanti aku akan membuat sebuah cerita tentang kita sebagai ungkapan atas perasaanku ini.



From: A Strangers who Unreasonably Love You 


NB: Aku memang sedang berencana untuk membuat cerita di atas ke dalam sebuah novel. Semoga bisa kesampaian, karena aku ingin sekali membuat tema cerita seperti itu. Doakan ya! ^^